Rabu, 30 Desember 2009

antara hujan, pom bensin dan cerita khas bandung

ada beberapa ide tulisan, sebenarnya yang mampir di kepala saya, jika biasanya saya kebingungan untuk mau menulis apa, ternyata saya kini kebingungan akan bercerita apa dulu.

tapi pada akhirnya saya memilih untuk bercerita tentang pom bensin.

cerita dimulai ketika hujan, kebetulan saya baru pulang dari sebuah tempat, ketika saya mulai berjalan hujan masih tidak deras, tapi setelah berjalan beberapa lama, ternyata hujan bertambah deras, meski memakai jas hujan, saya memutuskan untuk berhenti dulu di sebuah pom bensin, sekalian mengisi bensin.

sambil menunggu reda sama kemudian melamun, mencari sesuatu untuk dipikirkan. pada awalnya saya tidak bisa memikirkan apa-apa, hanya melihat rintik hujan yang ternyata semakin deras, lampu merkuri yang memantulkan rintik air serta beberapa orang yang, sama seperti saya sedang menunggu hujan reda.

tapi, setelah beberapa lama, saya menemukan sebauh pemandangan seru yang menarik, miris tapi tetap membuat senyum.

pom bensin adalah sebuah tempat egaliter yang meski kita memakai mobil bagus seharga 1 miliyar, atau memakai motor bobrok yang masih untung bisa jalan juga, semua akan dilayani secara sama. kita tinggal bilang mau diisi berapa liter, maka petugas akan mengisi bensi, kemudian kita membayar.

adakalanya standarisasi memang memberi peluang akan sebuah kondisi yang sama, tidak ada perbedaan, tidak ada tumpang tindih kepentingan, dan pom bensin adalah salah satu tempat itu.

Setelah agak lama di pom bensin itu, saya ternyata menemukan kembali beberapa kisah yang bagi saya cukup ajaib. Satu persatu mobil datang, motor juga, ada beberapa motor yang ternyata tidak mengsisi bensin tapi, sama seperti saya, hanya untuk meneduh.

kemudian datang beberapa pengendara motor yang masuk dalam kategori ajaib, ada satu keluarga lengkap dengan anak, si babapk nyetir pake jas hujan, si ibu di binceng pake jas hujan si anak dapit di antara mereka dan hanya ditutupi plastic bag hitam yang biasa untuk tempat sampah. lalu ada lagi, satu keluarga lengkap dengan
dua anak, si bapak di dpean pake jas hujan, si ibu di bonceng pake jas hujan, si anak di apit ditutupi as hujan punya si bapak, dan si ibu tertanya sambil menggendong balita.

terus terang, awalnya saya tersenyum, betapa ajaib ternyata hidup di bandung ini, saya mengira kita tidak akan mendapatkan pemandangan seperti ini di negara besar lain, mungkin di China dan India ada, tapi di negara maju kayaknya pemandangan seperti ini tidak akan ada. dan saya ternyata kebetulan di beri kesempatan untuk
melihat kejadian ini.

kebetulan saya lagi tidak sinis, sisi negatif saya lagi beku karena suhu dingin hujan, jadi saya tidak memandang hal-hal ini sebagai seustau yang jelek atau berbahaya, saya hanya tersipu, sambil manggut-manggut, ternyata dunia yang saya jalani sehari-hari ini, yang saya lewati dengan biasa-biasa saja ini, ternyata menyimpan
berbagai kisah yang lebih heboh. Dari pom bensin dan hujan, dua kejadian yang hampir bisa ditemui sehari-hari saya diberikan sebuah pemahaman baru, bahwa hidup itu ternyata menyimpan berbagai misteri.

Seharusnya kejadian keluarga naik motor diwaktu hujan diatas adahal sebuah kejadian berbahaya yang sangat tidak bijak jika dilakukan oleh keluarga manapun, seharusnya keluarg itu bisa lebih memilih meneduh dulu atau mungkin naik angkot.

tapi, diluar itu semua, ternyata jika kita melihat dari sudut yang lain, sudut yang mungkin bukan seharusnya yang kita pakai, sudut yang mungkin berlawanan dari orang kebanyakan, kita mungkin akan menemukan sebuah momen eureka kecil.

dan saya mendapatkannya kemarin, satu keluarga memang lebih baik berpergian bersama-sama, memang ada waktunya mereka harus pergi sendiri-sendiri, tapi selama waktu itu belum tiba, ada baiknya keluarga memang menjadi keluarga yang saling berdekatan antara satu dan yang lain.

saya melihat mereka berbahagia, keluarga-keluarga dengan tingkat kerumitan yang tidak biasa itu, membonceng banyak orang, hujan adalah sebuah kerumitan yang tidak lepas dari bahaya. tapi, si anak masih sempat bercanda, pura-pura ketinggalan motor, si ibu tidak cemberut karena suaminya tidak bisa beli mobil, dan si ayah tidak senewen, mengemudi dengan hati-hati dan sedikit mungkin menghindari bahaya.

kejadian di pom bensin itu memang bukan contoh baik dan sebaiknya tidak dilakukan, tapi alih-alih memberi penilaian langsung, adakalanya kita lebih baik merenungkan dulu sejenak, dan menggali lebih dalam dan mencari data apa yang menjad penyebab dari suatu keadaan.

dan itu yang kini saya lakukan....

hati-hati kalau naik motor di saat hujan, kalo bisa meneduh, cari aja pom bensin terdekat, atau mulai naik angkot, biar keramaian bandung bisa dilerai sedikit demi sedikit....
antara hujan, pom bensin dan cerita khas bandungSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 23 Desember 2009

ketika perubahan bukan akhir, bukan juga awal, hanya perjalanan

ini adalah minggu cukup aneh bagi saya, tapi seperti yang pernah saya tulis bahwa hidup ini tidak mungkin jika dijalani seperti jalan tol, yang lurus terus tampa hambatan, beberapa keanehan yang saya alami akhirnya membuat saya melakukan beberapa perubahan, yang meski kecil tapi bagi saya sudah cukup.

saya tidak perlu menjelaskan beberapa kejadian yang saya lewati itu, tapi saya akan menceritakan tentang beberapa perubahan dan kemungkinan apa yang akan saya lakukan ke depan. bukan untuk tujuan yang lain-lain tapi hanya untuk berbagi berbagi cerita, siapa tau nanti bisa memberi ide lain untuk para pembaca.

yang pasti, perubahan memang sesuatu yang bisa dilihat dari dua sisi, seperti juga berbagai hal di dunia ini selalu mempunyai dua sisi, maka perubahan juga bisa dilihat dari dua sisi yang, bisa sama bisa juga berbeda.

akhirnya, setelah sekian lama berpikir, saya memutuskan untuk membuat blog, khusus untuk tulisan-tulisan wikupedia yang berkutat tentang kegiatan sehari-hari dan tentang makna-makna yang saya hadapi dalam hidup ini. Pada awalnya, tulisan-tulisan wikupedia bisa dilihat dan dibaca di akun multiply saya, dan tag facebook, tapi untuk selanjutnya, saya hanya akan mempost secara keseluruhan tulisan wikupedia di multiply dan diblog baru saya ini.

blog yang baru ini saya beri judul write a week, sebuah catatan perjalanan saya yang saya tulis seminggu sekali. tidak ada yang berbeda sebenarnya untuk tema tulisan, sudut pandang dan cara sayabertutur, yang berbeda tentu saja hanya medium.

perubahan medium ini memberikan sebuah penjelasan yang berfungsi sebagai pengokohan atas tesis abal-abal ala wikupedia, bahwa, yang pasti di hidup ini hanyalah perubahan itu sendiri. perubahan ada kalanya terjadi setelah berpikir panjang, tapi adakalanya terjadi begitu saja. kadang kita tidak siap akan perubahan itu tapi yang pasti kita harus bisa menghadapi segala konsekuensi yang ada, betapa pun berat, betapapun menyebalkan konsekuensi itu.

perubahan dan resiko bisa jadi adalah satu, setiap perubahan akan menghasilkan resiko baru dan setiap resiko bisa terjadi dari beberapa perubahan.

agaknya saya harus menghilangkan kekhawatiran saya atas resiko dan berkonsentrasi akan perubahan yang saya jalani, write a week akan menjadi sebuah kampanye atas diri saya sendiri untuk berusaha selalu menulis minimal seminggu sekali.

write a week juga mudah-mudahan bisa menjadi semacam semangat bagi saya untuk selalu menulis, menjadikan berbagi kisah adalah sebuah pengalaman berbagi yang menyenangkan, menjadi semacam terapi untuk saya dalam memaknai hidup dan atau sebagai pencatat, agar apa yang saya lewati bisa termaknai, mungkin bukan oleh saya, tapi semoga saja oleh para pembaca.

sampai jumpa di writeaweek.blogspot.com, dan terima kasih atas komentar serta kesempatan yang telah disediakan untuk membaca tulisan-tulisan wikupedia. ini adalah tag terakhir dari tulisan wikupedia
di facebook, akun wikupedia facebook telah ditutup untuk umum, tapi wikupedia bisa dihubungi di wikupedia fans page atau wikupedia groups di akun facebook atau di wikupedia.multiply.com atau
writeaweek.blogspot.com.

sekali lagi terima kasih, merupakan momen yang sangat menyenangkan bertemu teman-teman yang mau membaca tulisan wkupedia, semoga dengan perubahan ini, teman-teman masih mau membaca tulisan wikupedia di tempat yang lain dan tentu saja masih mau untuk memberi komentar-komentar. :D
ketika perubahan bukan akhir, bukan juga awal, hanya perjalananSocialTwist Tell-a-Friend

Selasa, 22 Desember 2009

perjalanan angkot

seharusnya saya minggu ini menulis tentang filosofi kecukupan, tapi setelah berpikir, sepertinya beberapa tulisan saya berkutat hanya pada tema itu-itu saja, kayaknya mesti di rehat dulu, biar mengendap, biar meresap dan biar terpikirkan lebih dalam lagi.

kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan sehari saya, yang sebenarnya sederhana, tapi, saya kok lebih sering menemui hal yang unik dari yang sederhana ya? (like always).

beberapa hari yang lalu saya pergi bersama teman saya naik angkot, sukab (motor saya tercinta) saya simpan di tobucil. terus terang saya sangat jarang naik angkot, rumah saya yang cukup lumayan jaraknya menyebabkan ongkos naik angkot itu seperti barang super tersier yang bisa menguras isi dompet, mahal betul rasanya kalu sehari-hari naik angkot, lagi pula mobilitas saya sangat tidak menyenangkan jika dilalui dengan angkot. alhasil, saya hanya sekali-sekali saja naik angkot, kalau dulu, saya pernah menyempatkan satu bulan sekali (minimal) untuk naik angkot, tapi beberapa bulan kebelakang saya sama sekali tidak pernah naik angkot, sampai beberapa hari kemarin.

angkutan kota bagi saya bukan hanya berfungsi sebagai alat transportasi, bahkan kehadirannya cenderung tidak saya sukai (siapa sih pengguna motor yang bersahabat dengan angkot :D). tapi kalau melihat lebih jauh, kehadirannya angkot bagi saya seperti sebuah medium, sebuah jalur dimana berbagai orang dengan berbagai persoalan, berbagai ambisi, berbagai keperluan dan berbagai hal lain, saling bertemu dalam satu kesempatan, yang kadang bersinggungan kadang tak peduli satu sama lain.

naik angkot bagi saya adalah sebuah proses melamun bergerak, yang berguna untuk menyadarkan saya akan banyak hal yang berada di luar lingkungan dimana saya biasa berkarya. berangkot ria berarti keluar dari rutinitas saya dan menceburkan diri dalam dunia realitas, dimana impian dan kenyataan melebur tanpa batas. berangkot ria berarti mengamati, menjalani dan berpikir, tentang makna hidup, tentang kenyataan, dan tentang posisi diri saya diantara kedua hal itu.

meski hanya sebentar, menempuh perjalanan dengan angkot kemarin itu, terasa sangat menyenangkan sekali. saya bisa selalu melihat, betapa hidup itu kadang membuat saya tersenyum, dimenit berikutnya membuat saya menyesal, dimenit berikutnya lagi membuat saya sedih dan kecewa, tapi dimenit berikutnya lagi hidup membuat saya bersyukur. saya paling suka mengamati, saya selalu berada pada tiga tahap: melihat orang dan mengamati serta mengira-ngira, melihat diri saya sendiri, dan yang terakhir melihat diri saya bukan sebagai diri saya sendiri tapi sebagai bagian dari 3 titik yang membentuk lingkaran itu, saya -orang lain- dan lingkaran itu sendiri.

berangkot juga memberikan ruang lain, yaitu obrolan intens antara saya dan teman saya, setidaknya, dalam mencapai titik tertentu untuk naik angkot, terjadi perbincangan seru yang gak akan didapetin kalau saya naik motor. rasanya lama sekali, padahal perjalanan berangkot kemarin juga tidak lebih dari 8 jam, atau bahkan 7 jam, tapi rasanya sudah beberapa kali lipat lebih menyenangkan dari naik motor.

saya tidak tau, apabila saya naik angkot tiap hari pengalaman seperti ini akan bisa saya alami atau tidak, tapi rasanya memang hidup itu selalu membutuhkan jeda, membutuhkan perjalanan, dan yang terpenting selalu membutuhkan perubahan, sekecil apapun, seremeh apapaun, perubahan diberi nama perubahan bukan tanpa alasan, dan dalam arti katanya saja, perubahan, sudah terdapat sebuah kebijaksanaan yang hakiki.

waktu itu hujan turun cukup rapat, tapi bagi saya semua tetap terasa menyenangkan, saya bisa mendapat sebuah angin segar yang masuk lewat jendela angkot yang kecil itu, karena ternyata angin segar dari angkot terasa begitu berbeda dengan angin yang saya terjang ketika naik si sukab, motor kesayangan saya.

atau mungkin ada hal lain yang membuat berangkot kemarin begitu terasa berbeda?

yah, semoga saja teman saya kemarin juga tidak kesal karena sepatunya kebasahan, karena di setiap rintik hujan pun tersimpan sebuah kesederhanaan yang kadang membuat kita terperanjat karena keindahannya, yang pasti, kayaknya saya akan membuat jadwal rutin untuk berangkot ria. karena sebetulnya, tidak ada sebuah analogi kasta antara naik angkot dan naik motor, semua akan seimbang bila didasarkan pada kebutuhan, yang pasti berangkot ria adalah sebuah perjalanan saya untuk mengenal kebijaksanaan dari hal-hal sederhana.

terima kasih ya, sudah mau berangkot ria bersama saya, semoga ini bukan yang terakhir :)
perjalanan angkotSocialTwist Tell-a-Friend

Senin, 21 Desember 2009

the art of pesimis

jika di postingan terdahulu saya pernah menulis tentang optimisme, kini saatnya saya memberikan pembelaan pada para pengikut faham pesimisme. saya sendiri adalah salah satu orang yang terkenal sangat pesimis, atau lebih tepat memandang sesuatu itu dari sudut negatif, artinya saya selalu mempertimbangakan sesuatu itu dari kebalikannya, misalnya kalau mengikuti perlombaan, saya akan berpikir apa yang terjadi jika saya tidak menang, bukannya bagaimana kalau saya menang.

bagi sebagian orang mungkin cara pandang seperti ini bisa dipandang sebagai cara pandang yang merusak, bahkan ada juga orang yang berpikiran selalu positif, sampai-sampai mempositifkan segala sesuatu meski dalam kenyataannya sesuatu itu tidak positif.

bagi saya memandang banyak hal itu harus selalu mencari keseimbangan, tidak bisa selalu positif tapi harus ada unsur-unsur negatifnya. dan harus bisa menerima kenyataan jika sesuatu itu memang negatif, tidak bisa dipaksakan untuk menjadi positif.

dalam hal bekerja, pola pikir saya bisa jadi mirip dengan akuntan, meski latar belakang saya manajemen, tapi rasanya pola pikir saya ini kadang-kadang malah lebih mirip akuntan. posisi seorang akuntan yang berbasis pada ilmu akuntansi dalam perusahaan, terkenal dengan kegigihannya untuk mempertahankan pola pandang negatif, misalnya untuk menentukan budget promsi, alih-alih membicarakan keberhasilan, orang akuntasi akan mengambil posisi pada sisi jika program itu tidak berhasil, bagaimana pengeluarannya, berapa jumlah uang yang dikeluarkan, sampai bagaimana cara untuk menembalikan uang yang sudah keluar.

orang pemasaran akan berpikir sebaliknya, uang keluar dulu, hasil menyusul, meski tidak selalu demikian.

diluar pekerjaan, saya pun biasanya menerapkan pola pikir kalau-kalau (filosofi kalau-kalau) tapi dengan bumbu kalau-kalau tidak berhasil. kalau-kalau gagal, kalau-kalau kurang pas. jika teman-teman pernah membaca buku the secret maka saya bisa jadi orang yang pasling salah dalam daftar sifat di buku itu, untuk mendapatkan hasil positif kita harus selalu membuat pikiran kita positif.

tapi saya menemukan sebuah artikel yang bagi saya seperti harta karun, karena dalam artikel itu disebutkan bahwa orang-orang dengan kecerdasan tinggi yang sering rewel, yang melakukan cek ricek terus menerus, dan biasanya terlihat galau (bisa digaris bawahi untuk bagian ini nih) karena memikirkan kemungkinan terburuk ternyata mempunyai hasil kerja yang lebih baik (lihat artikel dalam majalah bussinessweek 2-9 septermber 2009).

dari sini kemudian saya merenung, bahwa ternyata kegalauan dan ke-pesimis-an bisa juga berguna dan memberikan hasil yang keren juga.

kemaren saya sempat berbincang lewat sms tentang tulisan saya 'berbincang tentang pelangi', yang ternyata mencirikan kegalauan saya, kata seorang teman saya: "cape tau galau terus". bagi sebagian orang bisa jadi galau ini semacam penyimpangan dari apa yang seharusnya terjadi, yaitu ketidakgalauan, galau bisa diindikasikan sebagai ketidaknormalan, tapi ternyata, sikap galau dan sikap pesimis justru bisa memberikan imbal yang, bisa jadi lebih besar dari apa yang dianggap normal oleh orang kebanyakan.

memang setiap hal tidak akan sama bagi setiap orang, bukankah ciri manusia yang paling utama itu bukannya hanya punya otak dan rasa, tapi manusia menjadi manusia adalah karena keunikkannya, bukan karena kesamaannya.

menjadi pesimis bukanlah ketidaknormalan, menjadi optimis berlebihan justru bisa jadi adalah sumber dari ketidakseimbangan dan kerusakan serta kerapuhan psikologis. menjadi pesimis, tentu dalam taraf yang juga seimbang dan tidak berlebih bisa menjadi teman yang baik juga.

jadi kalau boleh saya bertanya: sudahkah anda menjadi pesimis hari ini?
the art of pesimisSocialTwist Tell-a-Friend

tentang hidup yang bukan saja memberi makna tapi juga memberi manfaat

akhir minggu ini ternyata memberi makna baru bagi hidup saya, setelah selama sekitar 2 minggu seperti kehilangan minat untuk apa-apa, akhirnya sebuah momen sederhana memberi kesadaran baru bahwa hidup ini ternyata bukan hanya harus dijalani dengan memberi makna pada setiap perjalanannyatapi juga haruslah memberi manfaat.

hari sabtu kemarin, menjadi semacam sebuah pilgrimage sederhana yang ternyata memberi saya kesimpulan baru dalam menjalani harihari saya. sabtu itu saya dan teman-teman menyerahkan koin untuk ibu Prita yang telah terkumpul kurang lebih satu minggu, dan berasal dari titipan banyak teman dari bandung.

ada keharuan yang ternyata membuat saya tertegun. awalnya koin drop tobucil saya bikin tanpa bayangan akan sebanyak itu koin yang terkumpul (kira-kira sekitar 4 jutaan hitungan sangat kasar). saya hanya tergerak secara pribadi untuk membantu Prita, tapi ternyata dari hal yang sederhana itu, teman-teman tobucil, omuniuum teman-teman unpar, lalu teman-teman lain yang menitipkan koin di tobucil memberi sebuah keharuan, ternyata untuk hal yang sederhana bisa berdampak besar juga. tentu ini juga atas bantuan teman-teman di koin keadilan serta teman-teman media yang meliput koin drop tobucil sehiangga semakin banyak orang yang tau dan akhirnya menitipkan koin mereka lewat tobucil.

ada perasaan aneh yang menyenangkan ketika saya secara resmi menyerahkan koin itu pada teman-teman di jalan langsat, selain pertemanan saya yang bertambah, ternyata berbuat baik itu memang menyengakan. hampir tak ada hambatan sama sekali ketika kami mengirimkan koin itu, 2 acara yang kami jalani sebelum menyerahkan koin bisa kami lewati dengan menyenangkan juga, hanya ada satu kejadian yang tidak menenangkan kecil, yang terjadi. tapi secara garis besar semua berjalan lancar.

bahkan ketika kami subuh sampai di bandung kembali, kami memutuskan untuk pergi ke Moko, sebuah daerah di bojong koneng ke atas. tempat ini sebenernya sangt ingin saya kunjungi, bahkan sejak kuliah, tapi ternyata setelah lama, saya baru kesampaian sekarang. saya dan teman-teman menikmati sunrise di atas bukit itu, ternyata selain sunset, sunrise juga bisa menimbulkan perasahaan galau yang menyenangkan.

dengan beberapa kejadian yang terjadi tidak lebih dari dua hari ini, saya kemudian disadarkan kembali tentang makna hidup ini oleh sebuah quotes: bahwa hidup itu ternyata bukan hanya memberi makna saja tapi juga memberi manfaat.

saya tersadarkan bahwa, ternyata hidup itu bukan hanya berjalan terus tanpa arah, tanpa makna dan hanya sebuah rutinitas saja. hidup itu ternyata harus dijalanai dengan memberi manfaat bagi diri sendiri, orang lain, keluarga dan masyarakat luas. proses pengumpulan koin dan penyerahan atas nama memberi manfaat kebaikan bagi Ibu Prita adalah salah satunya.

hidupberjalan terus dan terus, ada kesusahan ada kebahagiaan. tapi kini saya menjadi semakin yakin dengan apa yang saya jalani dan menjawab beberapa pertanyaan saya tentang hidup di tulisan saya beberapa waktu yang lalu, bahwa hidup bisa dijalanai dengan sangat sederhana.

hidup itu adalah tentan memberi makna dan manfaat, itu saja. berbuat baik adalah sebauh perjalanan yang seharusnya memang dijalani dengan senang dan bahagia. mungkin saya tidak akan jadi orang sukses, terkenal, kaya dan bla bla bla. mungkin saja ternyata saya juga tidak memerulukan hal-hal semacam itu.

saya hanya perlu kesederhaanaan dalam hidup saya. saya menulis untuk mencoba memberi info untuk orang lain, saya menulis untuk mencoba memberi manfaat untuk orang lain, saya berkomunitas untuk mencoba membantu memberi ruang bagi orang lain untuk juga ikut berkembang.

hmmm...hidup itu sederhana, cuma untuk memberi makna dan berbuat baik, untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk orang lain. cukup itu saja.
tentang hidup yang bukan saja memberi makna tapi juga memberi manfaatSocialTwist Tell-a-Friend

Minggu, 20 Desember 2009

filosofi kalau-kalau

suatu ketika ketika sedang makan di meja makan keluarga, saya dan ibu mengobrol tentang makanan yang akan saya bawa keesokkan harinya untuk buka bersama, meski saya tidak ikut berpuasa di bulan ramadhan, namun ada acara makan-makan yang kebetulan saya yang akan membawa makanannya...


kami berbicara tentang kira-kira berapa orang yang akan ikut makan, yang nantinya akan berpengaruh pada jumlah makanan yang akan dibuat, apakah untuk 5 orang atau 6 orang atau lebih. saya kemudian mengajukan usul menyiapkan makanan untuk 10 orang.


lalu, ibu saya mengatakan bahwa ia akan menyiapkan makanan untuk 15 orang, kalau-kalau, kata dia menambahkan.


ibu saya terkenal sebagai seseorang yang suka menjaga agar sesuatu tidak dalam keadaan kurang, misalkan menyiapkan makanan untuk bekal saya, ia suka sekali menyiapkan 3 potong ayam untuk sekali makan siang, padahal satu saja bagi saya sudah cukup.


prinsip inilah yang kemudian saya simpulkan menjadi filosofi kalau-kalau.


filosofi kalau-kalau ini bisa jadi sudah menurun ke diri saya. setiap berangkat pergi dari rumah, saya selau menyiapkan barang-barang apa saja yang akan dibawa, pertama barang-barang yang memang akan diperlukan untuk bekerja di hari itu, kedua barang-barang yang 'kalau-kalau' akan saya perlukan di hari itu, sehingga saya tidak perlu pulang dulu ke rumah, maklum rumah saya ada di daerah kota satelit.


dari barang yang 'kalau-kalau' akan saya perlukan itu, biasanya memang tidak saya perlukan, tapi saya tetap akan membawa barang itu, meskipun berat atau membuat tas saya jadi penuh. dalam pikiran saya, prinsip kalau-kalau mengiang dengan jelas, bagaimana nanti kalau saya memerlukan barang-barang ini, masa harus pulang lagi ke rumah? begitu pikir saya.


namun, alih-alih menyiksa, filosofi kalau-kalau justru membuat saya merasa tenang, tau kan perasaan gak enak kalau mau pergi, merasa ada yang kurang atau ada yang kelupaan...nah, filosofi kalau-kalau adalah obat paling mujarab bagi para penderita sixth sense abal-abal yang selalu merasa ada yang kurang atau takut ketinggalan.


tapi selain menjadi obat mujarab perasaan resah, filofosi kalau-kalau ternyata menyimpan banyak kebijaksanaan lain, filosofi ini cukup berguna bagi mereka yang punya banyak teman atau pergaulannya luas, prinsip kalau-kalau bisa jadi semacam alarm, bahwa kita harus mawas diri a.k.a bersimpati dan berempati bahwa mungkin orang lain itu merasa begini atau merasa begitu, jadi segala perilaku kita itu sebaiknya dijaga dan di-alarm-i oleh kata-kata 'kalau-kalau'. eh jangan ngomong ini, kalau-kalau dia sakit hati, coba bicaranya agak pelan, kalau-kalau lagi ada orang yang membutuhkan suasana hening, eh jalannya pelan-pelan aja, kalau-kalau ada orang tiba-tiba nyebrang kan nanti bisa nbarak, eh coba baca berita ini, kalau-kalau nanti diperlukan di kemudian hari untuk bahan tulisan, eh catet aja nomor teleponnya, kalau-kalau nanti butuh.


filosofi kalau-kalau ternyata bisa menjadi jembatan bagi kita dari kenyataan yang sedang terjadi atau sedang dijalani, ke kejadian-kejadian di masa yang akan datang. tidak ada yang bisa meramalkan apa yang terjadi di masa datang, bahkan peramal yang paling jago juga gak akan mungkin membuat iklan ketik reg-pasti-terbukti untuk meramalkan apa yang terjadi di kemudian hari.


bisa jadi, filosofi kalau-kalau ini sodara sepupunya de-javu, yang memang ciri-cirinya agak mirip.


tapi lepas dari itu semua, kata-kata sederhana lagi-lagi memberikan maknanya yang terdalam, ketika saya mencoba belajar mengenal lebih dalam tentang kesederhanaan, ternyata ia malah balik memberikan kebijaksanaan yang, bisa jadi, tidak pernah terpikirkan sebelumnya....


selamat berteman dengan kesederhanaan...
filosofi kalau-kalauSocialTwist Tell-a-Friend

kehilangan obsesi

ada yang bilang obsesi itu seperti makanan, kalau gak punya obsesi itu sama aja kayak gak makan, artinya gak akan bisa hidup. obsesi katanya, jadi semacam nutrisi yang membuat hidup terus berjalan dan seru.

tapi, sampai kemarin rasanya problem obsesi ini menjadi agak mengganggu. karena ternyata saya mengidap sebuah gejala kehilangan obsesi. obsesi hidup, obsesi pekerjaan sampai obsesi harapan.

kehilangan obsesi ini bukan hanya untuk hal-hal besar tapi juga untuk hal-hak kecil, sebagai contoh, beberapa waktu yang ada sebuah film yang ingin sekali saya tonton, bahkan ketika rumor rilis film ini saya sudah mencatat jadwalnya untuk nonton. lalu saya mencoba mengajak teman saya untuk nonton, dan mencoba mencari-cari jadwal yang pas agar bisa nonton bareng. tapi setelah beberapa saat, tiba-tiba saya kehilangan semangat dan obsesi untuk menonton filmnya.

pada suatu titik, saya malah berkata pada diri saya sendiri, 'yah, santai aja lah, kalo bisa nonton ya nonton, kalo nggak ya udah', alih-alih terus berusaha untuk menonton film tersebut, pada titik itu saya malah kehilangan minat sama sekali. gejala ini mirip sebenernya dengan hilangnya nafsu makan, atau ill-fill sama kecengan.

gejala ini juga tidak hanya pada hal-hal yang sepertinya remeh seperti nonton biskop atau semacamnya, tapi ini juga berpengaruh pada rencana-rencana saya yang lain, misalnya ketika berencana untuk meneruskan kuliah s2, pada awalnya saya begitu menggebu, sampai-sampai meski belum daftar tapi saya sudah membeli beberapa bahan referensi dan mulai belajar sedikit-sedikit, rencana bahasan tesis juga sudah ada bayangannya dan sempat diobrolkan juga dengan beberapa teman. tapi ternyata, saya sampai pada titik itu lagi, titik dimana saya kehilngan obsesi untuk meneruskan kuliah, saya kemudian kehilangan obsesi untuk menjadi orang yang punya pengetahuan lebih, kehilangan obsesi untuk semuanya.

kondisi ini bagi sebagian orang mungkin mirip dengan kondisi menyerah, tapi bagi saya sangat berbeda, saya sama sekali tidak menyerah dan tidak mundur, tapi benar-benar kehilangan obsesi atau selera akan sebuah tujuan tertentu, dan keadaan ini kadang-kadang juga tanpa sebab dan gak tau dari mana datanganya.

pernah beberapa waktu lalu, ketika libur lebaran, saya marathon nonton dvd, dan ternyata tanpa disangka semua film yang saya tonton menjelaskan satu hal: obsesi.

film-film yang saya tonton semuanya berkisah tentang obsesi seseorang tentang sebuah tujuan hidup atau setidaknya sebuah maksud. setelah nonton film itu sebenernya saya langsung sadar...wah, kayaknya harus punya obsesi baru nih, tapi sampai sekarang obsesi itu datang dan pergi begitu saja, tidak ada yang menetap dan diam berlama-lama dalam diri saya.

kalau obsesi itu seperti makanan, apa yang terjadi jika saya selalu kehilangan obsesi setiap saat, kalau obsesi itu seperti makanan, apa saya gak bisa cari menu lain?

dan kalau obsesi itu ternyata bisa luntur karena waktu, jadi sebenernya apa makna obsesi itu?

sampai tulisan ini selesai, ide tentang apa itu obsesi dan bagaiama caranya saya bisa punya obsesi, masih belum terselesaikan, proses sepertinya tidak semudah itu.

apa mungkin obsesi saya itu adalah menemukan obsesi saya sendiri?
kehilangan obsesiSocialTwist Tell-a-Friend

Sabtu, 19 Desember 2009

tentang hidup yang penuh tanda dan penuh pertanyaan

saya sebenarnya lagi ingin menulis tentang orang lain, bukan tenang diri saya sendiri. saya ingin menulis tentang bagaimana orang lain memaknai hidup mereka, bagaimana orang lain melalui hari-hari mereka dan ingin bercerita tentang mimpi-mimpi mereka.

adakalanya menulis tentang diri sendiri justru malah menutup diri tentang berbagai hal, berbagai pengetahuan baru yang bisa jadi ada diluar sana tapi tidak kita sadari.

tapi entah kenapa saya sedang tidak bisa bercerita tenang dunia luar, meski ada banyak sekali cerita yang saya temukan, tapi rasanya kok tidak ada yang benar-benar membuat saya tertarik untuk menceritakan.

sampai kemarin saya akhirnya menemukan sebuah kisah untuk diceritakan, meski ini juga bukan murni kisah orang lain.

beberapa hari yang lalu, ketika mau makan malam, saya mengambil piring dan tanpa sadar saya memakai piring datar, yang biasa dipakai untuk makanan non kuah, padahal saya mau makan makanan berkuah, tapi entah kenapa saya ingin memakai piring ini.

setelah mengambil makanan, saya kemudian tersadar bahwa piring ini adalah piring kesukaan ibu saya. entah kenapa ibu saya, jika makan dirumah, hampir selalu menggunakan piring datar, entah itu akan memakan makanan berkuah maupun kering, semuanya akan dimakan dengan piring datar.

dari kejadian ini, saya kemudian teringat, bahwa ternyata setiap orang atau sebagian besar orang punya barang atau sesuatu hal yang selalu mereka pakai atau selalu ada disana bersama diri mereka.

seperti piring yang ibu saya sering pakai itu, atau gelang karet hitam yang selalu ada di lengan saya, teman saya yang selalu memakai motor yang sama, selalu memainkan gitar yang sama, selalu memakain pulpen yang sama, selalu memakai kacamata yang sama.

beberapa orang selalu bisa dicirikan oleh apa yang mereka pakai, atau benda atau sesuatu yang selalu ada, jika orang itu ada.

saya juga jadi ingat dulu pernah punya pulpen Goofy yang saya beli toko Q-ta, sebuah toko legendaris jaman 90-an yang kini sudah pindah ke jalan sultan agung bandung. sampai beberapa tahun pulpen itu selalu ada, tapi jarang saya pakai, selain cukup mahal untuk ukuran pulpen, ternyata pulpen itu sangat menyenangkan untuk dipakai, jadi saya takut kalau isinya habis saya gak bisa nulis lagi pakai pulpen itu.

sampai akhirnya pulepen itu hilang dan kini saya menggantinya dengan selalu memakai pulpen faber castell yang click ball. kalau beli pulpen saya pasti beli merek dan jenis itu. sempat gak pernah punya pulpen karena pulepen itu sempat hilang dipasaran, sempat juga beli satu box, biar kalao abis ato ilang bisa diganti.

dan, saya gak tau udah berapa pulpen kayak gitu saya hilangin padahal dipake setengah juga belum.

tapi intinya, saya selalu punya sebuah barang yang kalo nggak merek tertentu jenis tertentu, dan kalau barang itu ilang atau habis, saya akan beli barang dengan jenis yang sama.

saya gak tau, apakah ini termasuk dari gejala psikologis atau memang setiap orang selalu harus punya sesuatu yang bisa mereka miliki dan menjadi ciri yang bakal selalu ada, selalu bisa diidentifikasi dan selalu bisa hadir ketika dibutuhkan.

setiap orang selalu membutuhkan teman, baik itu barang atau teman dalam bentuk nyata. setiap orang mungkin juga selalu butuh pelarian, butuh sebuah pegangan yang selalu bisa diandalkan, selalu butuh simbol.

agak seram memang jika kita membayangkan apa yang terjadi jika sesuatu atau seseorang atau simbol itu hilang, atau tidak lagi ada untuk kita. tapi bisa jadi kita akan menemukan lagi seseorang, sesuatu atau simbol-simbol lain yang akan menggantikan apa yang dulu kita pernah miliki. meski tak ada yang bisa mengganti sesuatu dengan sesuatu dengan sama persis, tapi kadang kala nilai dari suatu pengganti bukanlah pada apa yang menjadi mirip atau pada kesamaannya tapi pada keunikan si pengganti itu. seperti pulpen saya yang tergantikan dengan pulpen lain.

beberapa hari ini agaknya menjadi awal bulan yang sedikit aneh, seperti tanpa semangat dan penuh kebimbangan, tapi baru aja tadi saya dapet sebuah quotes yang kayaknya bisa jadi teman baru dalam menjalani hidup ini, begini quotenya:

hidup itu kalau seperti jalan tol, mulus, jalannya halus, gak ada hambatan, nanti malah bikin terlena, bikin ngantuk dan jadinya malah celaka

tapi kalau hidup itu ada kesusahan, ada kegalauan, ada kebimbangan maka kita jadi tersadar atau disadarkan, bahwa ternyata kita hidup kita ini memang perlu kita pikirkan, perlu kita tata, perlu kita renungkan. hidup yang berliku ternyata malah memberi pelajaran baru bahwa hidup memang harus dilewati dengan mawas diri.

dan jika kita kehilangan pegangan, kehilangan simbol, kehilangan sesuatu, kehilangan seseorang, kehilangan apa yang selalu ada dalam hidup kita, selalu ada jika kita ada, jangan takut, bisa jadi itu adalah sebuah hal semacam alarm bahwa mungkin kita terlalu nyaman, terlalu berfokus pada suatu hal, terlalu tidak peka atau kita mungkin perlu belajar sesuatu di luar yang sering kita lakukan.

awal bulan yang cukup berat dan saya masih belajar untuk belajar, bahwa hidup ini memang penuh misteri yang kadang kala tidak perlu kita tanyakan tapi perlu kita mengerti, sehingga semua pertanyaan akan terjawab, mungkin bukan dengan jawaban tapi sesuatu yang lebih bijaksana.

semoga...
tentang hidup yang penuh tanda dan penuh pertanyaanSocialTwist Tell-a-Friend

ketika hidup bagai segelas air putih

teman saya pernah bilang kalau bertemu teman lama itu akan selalu exited meski kita tidak bener-benar kenal atau dekat dengan teman lama itu.

saya sangat setuju dengan kata-kata ini, tapi dalam perkembangannya, kata-kata ini
kemudian melebur dalam pikiran dan perjalanan hidup saya dan kemudian berubah
menjadi sebuah kesimpulan yang baru, bahwa ternyata bertemu teman lama itu bagi saya
seperti minum air putih.

ketika kita haus, dan meminum air putih itu maka dahaga kita akan hilang dan kita merasa segar, tapi setelah dahaga itu hilang maka kehausan yang baru akan datang kembali.

ini mirip sisifus, ini mirip manusia yang hidup dalam dunia, ini mirip para pekerja yang pergi tiap pagi untuk bekerja dan pulang setiap sore dalam rentang waktu yang sama secara terus-menerus.

beberapa bagian dalam hidup saya yang paling menakutkan adalah tak memiliki makna dalam hidup. ketika hidup menjadi hanya sebatas rutinitas yang hilang makna, ketika kita sebagai manusia, individu dan sebagai pribadi yang punya pilihan menjadi tidak berdaya akan banyak hal.

semua terjadi hanya karena kita memilih untuk menjadi sisifus, tapi sisifus yang tak berpikir, yang tak mengolah makna, dan yang tak berfilsafat.

bagi saya hidup ini memang harus punya makna, tidak hanya sebagai perjalanan lahir, dibesarkan, dewasa, menikah, punya anak, tua, dan meninggal. dalam rentang waktu itu, bagi saya sudah seharusnya hidup itu diberi makna. meski pemaknaan ini juga akan sangat berbeda antara satu orang dengan lainnya.

tapi minimal, bagi saya hidup itu harus sedikitnya berguna bagi orang lain, itu makna paling
dasar dari hidup yang sampai sekarang masih saya cari terus. hidup bagi saya akan tampak
tak bermakna jika hanya sebagai perjalanan saja, tanpa memberi tanda dari perjalanan itu di setiap jalan yang terlewati.

meski saya tau, hidup saya sendiri juga belum berarti apa-apa bagi orang di sekitar saya,
minimal keluarga saya. tapi setidaknya saya punya keyakinan bahwa dalam hidup saya ada satu orang saja yang pernah saya bantu dalam hidup ini, dan itu sudah bermakna seribu kali lebih megah dari ketemu jodoh misalnya.

bertemu teman lama memang sangat menyenangkan, apalagi ketika pertemuan itu sudah dalam rentang waktu yang cukup lama, bahkan bertahun-tahun. tapi terus terang dari pertemuan dengan teman lama yang cukup singkat dan begitu riuh, saya malah tersadarkan bahwa jangan-jangan semua pertemuan itu hanya kosong belaka.

bahwa kita dengan sangat cepat menyesuaikan untuk masuk dalam gelombang yang sama dengan teman-teman lama kita, tapi hanya dalam waktu yang singkat pula kita kembali lagi pada sebuah momen kenyataan dimana kita ada sekarang.

saya malah termenung sendiri betapa kenyataan itu memang punya dunianya sendiri, dan
pertemuan dengan teman lama malah mirip ilusi atau mimpi yang sudah pasti akan berakhir.

permenungan ini membuat saya malah membuat dunia saya menjadi dunia alinenasi di tengah keriuhan pertemuan lama itu, dan mencoba melihat dari jauh, kehidupan seperti apa
yang ingin saya raih, apakah kehidupan dengan harta yang berlebih? apakah kehidupan dengan istri dan anak serta pekerjaan yang menjadikan hidup ini rutinitas belaka? kehidupan yang tanpa arah dan ketidakjelasan makna?

atau hidup yang cukup, yang sederhana, yang tak berlebih, tapi selalu punya ruang untuk merenung, tentang makna, tentang impian, tentang hidup yang penuh lika-liku, dan dalam ruang itu kita kemudian memilih untuk memberi sebuah hal pada dunia sekitar, pada keluarga, pada komunitas dimana kita ada, dan tentu pada diri kita sendiri.

hidup itu memang pilihan, dan selalu unik, tidak akan pernah sama untuk setiap orang yang
ada di dunia ini. kesamaan hanya akan tetap jadi kemasamaan yang bermakna kemiripan, tapi bukan identik.

saya tentu akan memilih hidup dalam filosofi kecukupan, dan filosofi kerupuk, dimana hal sederhana menjadi begitu bermakna, dimana alienasi bukan untuk menghindar, dimana permaknaan hidup tak pernah berhenti dan selalu mengurai dalam proses dialektika yang jalan terus.

saya tentu akan memilih untuk menyanyikan lagu My Way dari frank sinatra di masa tua saya, sambil menatap masa lalu dengan sebuah senyum, bahwa saya telah membuat sebuah tanda dalam perjalanan hidup saya.

sampai jumpa teman-teman lama saya, semoga pertemuan yang selanjutnya bisa memberikan makna yang lebih dalam.
ketika hidup bagai segelas air putihSocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 18 Desember 2009

beberapa hal tentang perubahan dan kecukupan

selama dua minggu ini saya bertemu dengan berbagai hal yang lumayan tidak biasa, mulai dari pekerjaan baru, kesabaran yang harus terus diperpanjang, pelajaran tentang perubahan, jadwal up date tulisan yang gagal total, juga jetleg profesi sebagai newbie di dunai freelance menulis.

ada banyak soal yang saya pikirkan dalam 2 minggu itu, beberapa sudah selesai dan harus berlanjut, beberapa masih tetap membuat tegang tapi seru. entah kenapa dari masa dua minggu itu, tema tentang perubahan masih terus berputar di dalam otak saya, betapa bagi beberapa orang perubahan itu memang bukan sebuah pilihan.

saya juga tidak begitu mengerti apakah itu semacam ketakutan psikologis yang memang terbangun dari masa hidup yang cukup lama. atau memang perubahan bagi sebagai orang bukanlah sebuah persimpangan tapi jalan buntu.

saya sama sekali tidak suka dengan perpisahan, ini juga sudah pernah saya tulis, tapi di lain sisi saya selalu suka dengan perubahan, dan kadang perpisahan dan perubahan itu malah saling berhimpit, betapa memang hidup itu selalu punya retorika sendiri.

mulai minggu depan ada orang baru di komunitas tempat saya berkarya, terus terang saya sangat senang, very exited. entah kenapa, perubahan selalu membuat saya bersemangat, padahal, saya juga belum tau, kemana arah perubahan itu sendiri, bisa menyenangkan bisa juga tidak, tapi mengetahui adanya sebuah perubahan bagi saya ternyata cukup, dan saya sekarang mulai berlajar untuk memahami bagaimana merasakan kecukupan.

mulai minggu depan juga saya akan menghadapi sebuah perubahan yang cukup total, bisa jadi saya akan merubah perjalanan saya selama beberapa tahun ini, saya tidak tau apa yang akan terjadi setelah keputusan ini resmi nanti saya ucapkan, tapi itu tadi rasanya saya malah lebih tertarik dengan perubahan-perubahan yang terus akan terjadi dari pada melihat konsekuensi yang akan saya hadapi. jadi, meski saya adalah seorang pesimis yang selalu menelaah berbagai hal yang akan dan sedang terjadi, untuk yang satu ini rasanya saya akan mencoba menghadapi saja, tanpa harus berpikir banyak tenang berbagai hal. untuk beberapa hal, spontanitas memang seru.

selain perubahan, saya juga rasanya harus belajar tentang filosofi kecukupan, filosofi ini mirip dengan filosofi syukur yang mencoba mensyukuri berbagai hal yang ada bukan yang belum ada atau pernah ada.

filosofi kecukupan ini juga saya butuhkan untuk menyeimbangkan pola pikir pesimis dan kalau-kalau yang kadang membuat saya tidak bisa melihat bahwa untuk beberapa hal, tidak perlu mencapai hasil yang maksimal, atau berlebih, kadang-kadang untuk banyak hal segala sesuatunya hanya perlu sampai pada taraf cukup.

tulisan ini memang bukan tentang filosofi kecukupan, masih butuh waktu untuk mencerna dan melihat apa sebenarnya filosofi kecukupan itu, tulisan kali ini sebenarnya hanya sebuah perjalanan, perjalanan untuk melerai segala kemungkinan, yang saya persiapkan untuk menghadapi berbagai perubahan.

harapan saya, semoga semuanya tetap seru dan tentu saja, menyenangkan....
beberapa hal tentang perubahan dan kecukupanSocialTwist Tell-a-Friend

berbincang tentang pelangi

pelangi adalah sebuah keajaiban paling saya sukai kedua setelah senja.

keajaiban pelangi kadang tidak bisa saya jelaskan, meski saya sebenarnya tidak mengetahui persis apa dan bagaimana terjadinya pelangi, saya dengan sangat senang menikmati kehadiran pelangi.

pelangi bagi saya adalah sebuah momen diantara. sebuah keadaan yang terjadi setelah hujan dan sebelum cerah. atau sebuah keadaan gamang antara hujan lebat, gerimis dan kemungkinan terang atau hujan lebat kembali.

pelangi selalu diidentikan dengan warna-warni, kita di indonesia mengenalnya dengan mejikuhibiniu, meskipun warna pelangi bisa jadi lebih banyak 10 kali lipat dari mejikuhibiniu. dan warna-warni inilah yang sangat menarik mata karena begitu indah di kejauhan, apalagi jika menemuinya di sebuah dataran luas, bukan kota kecil yang dikelilingi gunung seperti bandung.

tapi pelangi ternyata memberikan sebuah nuansa yang lain pada diri saya, sebuah nuansa abu-abu yang ternyata cukup sendu.

jika disandingkan dengan warna-warna yang terdapat pada pelangi perasaan sendu saya ini memang cukup bertolak, biasanya warna-warni itu identik dengan rasa senang, bahagia dan keceriaan, bukannya kesenduan dan kesunyian.

tapi, apa mau dikata, pelangi memberikan sebuah momen galau yang bagi saya sangat menyenangkan, jika senja masih bisa dilihat setiap hari ketika musim kemarau, pelangi yang sendu itu kadang kala saja munculnya, dan membuat kesenduan pada diri saya menjadi dinanti-nanti. bagi seseorang yang selalu merasa nyaman dengan kegalauan, pelangi menjadi sebuah oase warna, dimana warna-warna cerah pun ternyata bisa menyimpan kesenduan tersendiri, bahwa momen diantara hujan dan cerah, diantara mendung dan hujan lebat, momen hujan rintik-riktik itu lah, wilayah abu-abu pelangi menjadi begitu jelas.

ada yang bilang pelangi itu terbentuk karena cahaya bertemu dengan titik air kemudian menyebarkan berbagai warna, pelangi tak bisa hadir tanpa ada cahaya dan juga tak akan bisa hadir tanpa titik air, pelangi sangat bergantung pada dua hal diatas, dan tidak bisa hadir jika salah satu tidak memberikan bagian dari diri mereka untuk mencipta pelangi, ternyata pelangi juga rapuh...

tapi apakah kesenduan itu identik dengan kerapuhan?

rasanya saya tidak bisa menjawabnya karena bagi saya kesenduan dan kegalauan itu justru sebagain dari proses kesadaran saya untuk mencerna berbagai hal, sebuah proses melerai berbagai kejadian dalam hidup untuk bisa mengambil kebijaksanaan sekecil apapun itu.

pelangi bisa jadi rapuh karena keberdiriannya yang tidak bisa ditentukan oleh kemauan dia sendiri, ia terlahir atas kehendak dua unsur berbeda yang mempunyai dua kehendak berbeda juga, atas dasar itu, bisa jadi kesenduan pelangi tidak bisa identik dengan kerapuhan...

dan, oleh karena itu pula, saya masih bisa tersenyum karena kegalauan tidak akan identik pula dengan kerapuhan...

agaknya lama sekali saya tidak bertemu pelangi, ingatan terakhir saya tentang pelangi adalah beberapa tahun kebelakang, tepatnya entah kapan...dan tulisan ini mengingatkan saya pada kerinduan akan pelangi...

saya jadi ingat, teman saya pernah berkata : pelangi itu seperti teman lama, meski kita tidak begitu mengenal, tetapi ketika akan bertemu, kita akan selalu merasa exited...

kerinduan saya pada pelangi bisa jadi kini bertambah dengan kerinduan akan teman saya itu, yang telah banyak memberi inspirasi bagi saya untuk menulis....

semoga, pelangi bisa datang esok hari dan warna-warna ceria penuh kesenduan itu, bisa membuat hari menjadi lebih tenang....
berbincang tentang pelangiSocialTwist Tell-a-Friend

tentang detail, tentang keseharian dan tentang banyak hal, yang mungkin saya lewati begitu saja

entah kenapa, akhir-akhir ini tulisan saya berkutat dengan berbagai hal tentang kesederhanaan, entah karena terpukau oleh kebijaksanaan yang hadir dari kesunyian yang dihadirkan kesederhanaan atau karena sudah mumet dengan berbagai hal yang berhubungan dengan kerumitan, detail-detail hal kecil yang nampak sederhana itu di mata saya, berkilau dan tidak mungkin tidak saya perhatikan...

demikian juga tentang beberapa hal yang tiba-tiba menarik perhatian saya, semuanya dimulai dengan sebuah pertanyaan: seberapa jauhkah saya mengenal hal-hal kecil di sesayar saya...

jika ada yang bertanya tentang apa warna kesukaan saya, mungkin saya akan menjawab biru, kuning atau hijau atau menyebutkan beberapa warna sekaligus, tapi seberapa kenalkah saya dengan warna yang saya sukai itu, seberapa kenalkah saya dengan warna biru, dari mana asalnya warna itu, apa makna yang terkandung di dalamnya, apakah sifat-sifat yang terkandung dalam warna itu, atau seberapa tau kah saya tentang sejarah warna yang saya sukai itu...

mungkin ada juga yang bertanya pada saya tentang apa angka favorit saya, ada yang menjawab 12, ada yang menjawab 4, ada juga yang menjawab lebih dari satu kombinasi angka, tapi seberapa kenalkah saya dengan angka yang sangat saya sukai itu, sampai-sampai memakai plat nomer yang sama persis, mencari nomor telepon yang ada angka yang saya sukainya...

seberapa kenalkah saya dan seberapa tau kah saya tentang hal-hal di sekitar saya yang saya sukai, saya lihat, dan saya temui...

saya juga rasanya perlu untuk mengenal lagi angka favorit saya 4, sejauh yang saya tau ini adalah angka lahir saya, dan rasanya enak didengar, tapi sudah..itu saja, tidak lebih tidak kurang...

saya tertegun ketika menyadari, bahwa ternyata saya tidak mengenal sama sekali angka favorit saya sendiri, sebuah angka yang akan lantang saya sebutkan ketika teman, kenalan, atau orang lain menanyakan apa angka favorit saya...

saya juga ternyata tidak mengenal dengan baik warna favorit saya, biru..darimanakah asal warna itu? perpaduan dari warna apa sajakah biru itu? sampai, sifat-sifat apa saja yang bisa terkandung dari warna itu. saya hanya menyukai warna biru karena terlihat tenang, menyejukkan serta melambangkan kesunyian, tapi jauh dari itu, saya tidak mengenal sama sekali warna biru...

sebagai seseorang yang merasa sebagai orang yang sering memperhatikan detail, saya malah merasa malu, bahwa ternyata detail-detail yang dekat sekali dengan hidup saya, tidak saya kenal sama sekali...

apa jadinya jika sesuatu yang selalu saya temui setiap hari, saya sapa, saya ajak bicara, dan saya impikan setiap malam, ternyata tak bermakna apa-apa, tak berkesan apa-apa dan hanya sebagai pajangan statis

yang, jika saya maknai bukan kerena saya kenal tapi hanya harus menurut norma atau kebiasanan, yang saya maknai karena semua orang juga sama memaknai...

tapi bagaimana dengan intentsitas hubungan pribadi diri saya sendiri dengan warna yang saya suka, angka favorit saya, serta berbagai detali kehidupan yang nampak kecil lain, yang bisa jadi telah mengisi hidup saya sejak saya mengerti mana yang nampak dan mana yang tidak, sampai sekarang..

saya jadi bertanya, sejauh manakah makna dari detail dalam hidup saya bagi hidup saya secara keleseluruhan?

bisa jadi saya merasa khawatir, bahwa ternyata hidup saya ini tampak tidak bermakna, jika itu terjadi, maka saya akan jadi orang termiskin di dunia, karena ada pepatah yang saya ingat, bahwa tidak ada orang yang miskin di dunia ini, kecuali mereka yang merasa diri mereka tidak berguna..

semua manusia diciptakan berguna, tanpa harus melabeli mana yang baik-mana yang buruk, semua manusia diciptakan dengan alasan mereka masing-masing...

bisa jadi yang terpenting bukanlah apa yang orang bilang atas diri saya sendiri, tetapi bagaimana relasi saya dengan semua hal yang ada di sekitar saya serta bagaimana saya memandang makna yang terkandung dalam keseluruhan hidup saya...

adakalanya kekhawatiran melahirkan kebijaksanaan, semoga saja rasa khawatir yang hinggap dalam ini bisa membuat saya sadar, makna-makna detail keseharian hidup saya...
tentang detail, tentang keseharian dan tentang banyak hal, yang mungkin saya lewati begitu sajaSocialTwist Tell-a-Friend

filosofi kerupuk

ada kalanya kita menjalani sesuatu dan tidak mengerti banyak hal, atau adakalanya kita mengalami banyak hal dan merasa mendapat banyak sekali masukan dalam hidup tapi kita susah untuk memilih mana yang akan kita ambil dan mana yang tidak.

adakalanya juga kita mendapat makna hidup, dari hal-hal biasa seperti udara, hujan dan hal-hal kecil yang tersebar di sekitar kita.

begitu pun dengan saya, suatu ketika di kala siang hari di masa liburan, saya makan di meja makan dengan beberapa lauk serta pauk dan tidak lupa elemen tambahan terbaik dalam makan, yaitu kerupuk!

kebetulan saya punya kebiasana unik, atau bisa dibilang aneh juga, untuk mencelupkan kerupuk ke kuah sayur baru memakannya, memang ini bisa dibilang bukan kerupuk lagi karena sudah melempem, dan bukankah kerupuk itu enak karena kriuknya?

di satu sisi saya menikmati sekali kemelempeman kerupuk itu karena, selain rasa kerupuk, saya juga ternyata bisa mendapatkan rasa sayurnya, jadi bisa dibilang, itu kerupuk rasa sayur bayam, karena kebetulan saya celupkan ke sayur bayam.

dari makan siang yang sederhana itu, tiba-tiba saya merenung, kerupuk yang dinikmati karena kriukannya ternyata bisa dinikmati oleh kemelempemannya, minimal oleh saya...tapi jauh dari itu semua saya menemukan beberapa hal lain dari kerupuk, yang kemudian saya jadikan filosofi kerupuk...

kerupuk, adalah jenis makanan pelangkap yang dihidangkan, biasanya sebagai teman makanan utama. kerupuk juga bisa jadi camilan atau sebagai makanan ringan. ada banyak macam kerupuk, bahkan di setiap daerah di indonesia bisa jadi punya kerupuk khas sendiri, tapi yang paling saya suka adalah kerupuk original, yang dijual di komplek tempat saya tinggal dijual dengan cara dipanggul atau digoseh pakai sepeda. yang dijual pakai kotak seng yang besar sekali.

kerupuk bisa jadi termaginalkan hanya sebagai makanan pelengkap, tapi sebagai makanan pelengkap kehadirannya yang melengkapi itu, terkadang menjadi esensi dari makan itu sendiri. dan jargon makanan pelengkap malah bisa berubah menjadi: makan menjadi tidak lengkap jika tanpa kerupuk.

kerupuk juga bisa dinikmati atas dirinya sendiri, sebagai camilan atau sebagai makanan utama di kala senggang.

dari dua contoh diatas, saya kemudian mencoba menelaah filosofi kerupuk dalam kehidupaan saya sehari-hari. kerupuk ternyata merupakan seorang sosok sahabat setia yang kesetiaannya tidak perlu diuji lagi, kerupuk yang sering termajinalkan tetap setia ketika ia dibutuhkan untuk menjadikan makanan utama menjadi lengkap, nasi goreng yang tanpa kerupuk menjadi kurang kriuk, lotek yang tanpa kerupuk seperti bunga tanpa kelopak, dan lontong kari, yang bagi saya tidak cukup kerupuk 5 biji untuk menemani makanan ini.

kerupuk sebagai teman setia juga ternyata sangat supel, ia bisa berteman dengan siapa saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja. ketika makan gepuk, kerupuk bisa jadi teman, ketika makan ati ampela, kerupuk bisa jadi teman, ketika makan sayur bayam, kerupuk juga bisa menjadi teman setia.

kesetian dan kesupelan kerupuk ternyata membuat saya amaze, bahwa makanan yang sering disisihkan ini punya makna yang lebih yang terkadang tidak kita pedulikan. kerupuk adalah teman suka dan duka yang selalu bisa diandalkan.

kerupuk juga bisa sangat mandiri, ia bisa berdiri sendiri dari kesederhanan bentuknya, dari kesederhanaan rasanya dan dari keutuhan diri dia sendiri yang ternyata tidak rumit, tidak njelimet.

kerupuk original dengan warnanya yang tidak macam-macam adalah bukti dari filosofi sederhana yang membuat kerupuk sangat bersahaja. kemandirian yang dibangun dalam kesederhanaan total adalah sebuah kebijaksanaan yang sangat indah.

atas itu semua, saya menjadi tertarik untuk terus memakan kerupuk, siapa tau, saya bisa mencerna kebijaksanaan lain yang ada dalam filosofi kerupuk.
filosofi kerupukSocialTwist Tell-a-Friend

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.