Sabtu, 27 November 2010

waktu dan hal sederhana

salah satu hal yang cukup membuat kaget ketika pertama kali melihat blog adalah tanggal posting, seperti juga ketika saya melihat tanggal terakhir postingan saya ada blog ini, tanggal 25 september 2010. 

mungkin terdengar konyol, namun bagi full time blogger seperti saya perbandingan jarak posting yang cukup jauh memang bukan prestasi yang bisa dibanggakan sama sekali, ini telah lebih dari satu bulan ternyata saya tidak mengisi blog saya ini. padahal blog ini rencananya akan saya isi dengan jangka waktu satu minggu sekali.

waktu kadang menyimpan banyak cerita, waktu bagi saya seperti sebuah catatan lengkap atas segala hal, atas cerita, atas perjalanan, atas berbagai kejadian yang ada. seperti juga dengan rentang waktu yang muncul, ketika saya melihat tanggal terakhir postingan tulisan saya ini. 

satu bulan sepertinya menyimpan berbagai kisah dan cerita, setiap hari, setiap matahari terbit, sebuah kisah, berpuluh kisah, beratus kisah dan beribu kisah muncul mengisi ruang-ruang yang waktu sediakan untuk dicatat, disimpan dan entah dijadikan apa. 

secara logika seharusnya saya lebih bisa menuliskan berbagai cerita ini, atau jangan-jangan kini saya tidak bisa lagi melihat, melihat berbagai hal sederhana untuk mencatatnya dalam imaji saya dan kemudian menuliskannya. jangan-jangan kepekaan saya kini berubah dan menjadi tumpul. jangan-jangan mata yang dulu bisa melihat berbagai sederhana kini malah menjadi jual mahal dan hanya bisa melihat hal-hal rumit. padahal banyak kebijaksanaan yang bisa didapatkan dari hal-hal sederhana. 

rasanya kini saya harus minta ijin pada waktu untuk mengambil rehat sebentar, bukan untuk menarik diri pada berbagai hal yang saya lihat dan saya jalani di hidup ini, tetapi hanya untuk merenung sebentar, untuk mengambil nafas. 

mudah-mudahan saja dengan demikian, mata ini kembali bisa melihat berbagai hal sederhana, merenungkannya, mengambil pelajaran dan menuliskannya, minimal pada blog ini. 

perjalanan waktu mungkin tak pernah selesai, tak ada ujung yang bisa digapai dari perjalanannya, yang pasti setiap langkah selalu butuh permulaan, selalu butuh langkah kecil, selalu butuh penyegaran, karena tidak ada yang lebih melegakan dari menarik nafas, merenung dan menghembuskannya dalam sebuah pemahaman baru, akan kehidupan.


waktu dan hal sederhanaSocialTwist Tell-a-Friend

Sabtu, 25 September 2010

kucing itu, bukan pemalas, tetapi hidupnya santai


suatu ketika dipelataran rumah tempat saya bekerja, ada 3 ekor anak kucing dan ibunya sedang bermain-main di atap garasi, dimana saya ada dibawahnya. kebetulan ada tempat duduk memanjang di sana, jadi saya memutuskan untuk memperhatikan keluarga kucing itu dari bawah sambil selonjoran.

selain saya ada teman saya yang sedang asik dengan laptopnya, saya berkata pada teman saya itu, enak banget nih kucing, pemalas yang tampak menyenangkan.

kemudian teman saya itu berkata, kucing itu bukan pemalas, tetapi hidupnya santai.

selintas memang tidak masalah, santai atau malas seperti sebuah kegiatan yang sama saja, namun setelah dipikir lagi, ada perbedaan besar antara dua istilah ini. 

kucing ada kalanya diasosiasikan menjadi negatif karena ia telah dicap sebagai pemalas. dengan sikapnya yang gontai, banyak tidur dan terkadang ada pula kucing gemuk yang kerjaannya menguap doank, menjadikan istilah kucing pemalas menjadi sahih dan terus menempel.

namun ketika teman saya berkata bahwa kucing itu hidupnya santai bukan pemalas, maka kesan negatif yang melekat pada kucing menjadi hilang, berganti kesan positif dan, terus terang, agak keren.

santai bukan berarti malas, santai berarti menikmati hidup. kucing yang sering berjalan gontai, tidur siang yang berkepanjangan, ditambah dengan rutinitas menguap dan menggeliat yang khas itu mencerminkan bahwa ia menikmati hidup, menikmati udara panas dengan berleha-leha sampai ketiduran, menggeliat untuk meregangkan badan dan berbagai aktivitas lain yang sangat santai mereka jalani.

kadang-kadang istilah mejadi semacam nama untuk memberikan penilaian atas sesuatu, tadinya kesan malas yang negatif itu menempel pada sosok kucing, namun dengan perkataaan teman saya itu kini pelabelan terhadap kucing bisa jadi berubah 180 derajat.

kesan yang ada dari istilah santai dan malas tentu jauh berbeda, santai mungkin saja malas, tetapi mungkin saja tidak, santai berarti bisa mensyukuri serta menikmati apa yang ada, menjalaninya dengan penuh perasaan dan manikmati setiap hal yang terjadi. 

sejak lama, santai ini menjadi semacam impian bagi saya dalam melewati hidup, meski belum bisa santai secara penuh, tapi terkadang saya menemukan momen-momen kecil dimana saya bisa santai, menikmati semuanya dengan mengalir dan tentu saja tanpa beban yang kadang menggangu. 

saya tidak membenci kucing, namaun tidak begitu menyukai juga, tetapi dengan perubahan penamaan sifat ini, agaknya saya mesti belajar banyak lagi dari gerak-gerik kucing, biar hidup bisa dijalani dengan lebih santai.
kucing itu, bukan pemalas, tetapi hidupnya santaiSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 25 Agustus 2010

tentang kesal yang menjadi dasar rasa suka




Terkadang apa yang kita benci adalah alasan dari rasa suka kita.

Suatu ketika saya saya menonton adegan terakhir dari film Juno, yang sedang di tonton teman saya.

Dari adegan film terakhir itu, tiba-tiba saja saya terpikirkan bahwa ada kalanya atau bahkan mungkin banyak adanya, hal-hal yang dilakukan teman kita, pasangan kita atau orang lain yang tidak kita suka, adalah alasan yang membuat kita dekat dengan orang itu, jatuh suka dengan orang itu, atau yang membuat kita tetap bersama dengan orang tersebut.
Saya malah tertegun sendiri. Terkadang saya kesal karena teman saya begiini atau teman saya begitu. Tapi setelah dipikirkan kembali, saya malah malu sendiri, bukannya kejudesan, sikap yang dingin seolah tak acuh adalah yang membut saya suka sama teman saya itu, yang membuat saya mau berkenalan dan mencoba untuk lebih mengenal orang itu?

Terkadang kita lupa akan alasan apa yang membuat kita melakukan sesuatu, hal sama kadang berlaku juga dengan rasa suka. Mungkin ada baiknya memutar waktu dan mencoba melihat kembali memori, hanya untuk melakukan crosscheck, tentang mengapa saya suka dengan orang itu, atau kenapa saya mau berkenalan dengan orang itu dan sampai sekarang masih berteman.

Adegan film terkadang membuat saya berpikir, bukan berarti menyamakan kehidupan dengan adegan film, tapi justru malah menjadi semacam cermin dari kehidupan yang ada didunia nyata. Menjadi semacam kaca yang membuat saya sadar bahwa banyak kejadian yang luput atau terlupakan oleh saya sendiri.

Seperti halnya dengan alasan atas apa yang saya jalani sekarang.

Memori adalah kenangan, tapi bisa juga menjadi semacam catatan yang bisa kita baca kembali, untuk melihat berbagai hal yang kadang kita lupakan.

Dan bagi saya, ternyata memori itu memberikan sebuah jawaban, bahwa saya menyukai teman saya itu karena kejudesannya, karena sikapnya yang dingin, karena mukanya yang kalau cemberut itu bikin saya deg-degan, dan itu juga membuat saya sadar bahwa banyal hal indah yang harus saya ingat kembali.

Semoga belum terlambat, karena saya punya pengalaman buruk dengan kata terlambat. :D
tentang kesal yang menjadi dasar rasa sukaSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 18 Agustus 2010

tentang cinta yang menjadi rasa takutmu




hampir tengah malam ketika tulisan ini dibuat. hujan baru saja turun di kota bandung, saya paling suka hujan, paling suka melihat sinar lampu merkuri yang memantul dari aspal, tapi hujan kali ini lebat, jalanan jadi banjir. lampu merkuri jadi tidak memantul dari aspal, malah timbul kekhawatiran.

ada, kalanya banyak hal dalam hidup ini seperti hujan tadi, pada bagian tertentu kita menyukainya tetapi pada bagian lain kita menjadi khawatir bahkan kadang takut. termasuk dalam hal yang bernama cinta.

kalimat 'tentang cinta yang menjadi rasa takutmu' adalah sebuah lirik lagu dari band melancholic bitch, band asal jogja yang vokalisnya adalah seorang cerpenis dan juga novelis. saya suka sekali lagu ini, tapi kalau membaca liriknya, saya jadi khawatir, persis seperti perasaan saya pada hujan, yang kalau tidak menimbulkan banjir selalu bikin merindu, tapi kalau hujannya membuat banjir malah bikin khawatir.

tentang cinta memang kadang begitu banyak hal klise di dalamnya, tetapi cinta yang menjadi rasa takut kadang malah menjadi bayangan yang menakutkan sekaligus mengharukan.

cinta lebih sering disangkutkan pada perasaan bahagia, perasaan terpenuhi dan perasaan saling berbagi, lalu bagaimana dengan cinta yang menjadi rasa takut?

perasaan bahagia sering kali berdempetan dengan perasaan sedih, rasa suka sering kali berdampingan dengan rasa benci, dan rasa cinta ternyata mengandung rasa takut yang mendalam,

bagi cinta yang sungguh-sungguh, perasaan takut akan kehilangan menjadi sebuah rasa yang kadang tidak bisa ditawar dan dicari cara untuk mengalihkannya, takut akan berpisah, takut akan membuat kesalahan, takut akan banyak hal. cinta ternyata berdampingan dengan mesra dengan berbagai rasa takut.

cinta juga mengandung berbagai resiko, dan resiko ini menjadi berbahaya ketika bertemu dan hidup berdampinan dengan takdir. ada sebuah sekenario yang tidak bisa kita tolak, semacam kebetulan yang tidak pernah menjadi kebetulan secara penuh, karena semua hal tidak hal terjadi tidak ada yang pernah terjadi secara kebetulan.

relasi yang tidak kelihatan antara cinta dan takdir memberi ruang bagi rasa takut untuk muncul menjadi sebuah perasaan menakutkan yang tidak ada penawarnya. takdir kadang tidak berkata-kata, jika berbicara, mungkin juga bahasanya akan jauh berbeda dari bahasa manusia, dan bahasa manusia saja tidak bisa mengurai arti cinta.

meski cinta dan rasa takut punya dunia mereka sendiri-sendiri tapi relasi misterius antara mereka tetap tidak terbantahkan. manusia yang berada di alam yang lain seperti sia-sia jika mencoba memahami keduanya.

dan akhirnya, tentang cinta yang menjadi rasa takut, tetap menjadi misteri....
tentang cinta yang menjadi rasa takutmuSocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 11 Juni 2010

tentang kejadian kecil yang kemudian membuat kita berpikir tentang apa yang sedang kita jalani dan jalan apa yang akan kita hadapi di masa depan....

jika hidup itu penuh kejutan, maka terkadang kesiapan kita dalam menghadapi banyak hal selalu diuji tiap hari. terkadang hal tidak terduga itu telah siap kita hadapi. tapi terkadang juga membuat terkejut bahagia, kadang juga membuat kita merenung, nelangsa dan memberikan nuansa kegalauan yang terasa sendu sekali.
 
hidup sebagai sebuah perjalanan memang menyimpan berjuta-juta persimpangan yang bisa bertambah kapan saja, dimana saja, tanpa kita ketahui dan terkadang tanpa kita harap-harap sebelumnya. 

dari berbagai kejadian tak terduga dan penuh kejutan ini, tidak jarang pula yang merubah hidup kita, merubah cara pandang kita akan suatu hal, serta banyak kejadian kecil yang tiba-tiba merubah jalan hidup kita selanjutnya.
 
ada kalanya juga, tanpa kita sadari berbagai hal kecil yang tidak mendapat perhatian dari diri kita sendiri, menumpuk dalam alam bawah sadar kita, dalan kebun pikiran kita, dan akhirnya terpicu untuk muncul karena kejadian kecil, kejadian sederhana, kejadian tak terduga yang tiba-tiba saja ada dihadapan kita.

meski saya tidak terlalu suka dengan kejutan tapi hidup terlalu sering membuat berbagai hal yang tidak kita senangi malah muncul, demikian juga dengan berbagai hal kecil yang tiba-tiba saja mengambil porsi yang teramat besar dalam proses pemikiran akan hidup saya.

hal kecil yang menjadi pemicu akan hal besar kadang-kadang memanggil berbagai memori dalam hidup kita, menyusunnya dengan sedemikian rupa, lalu membuat semua rangkuman memori ini menjadi begitu relevan dalam kondisi masa kini, kondisi nyata yang sedang kita hadapi dan oleh karenanya menjadi semacam penjelasan paling rasional yang tidak bisa kita tolak, meski hal itu menjadi sebuah hal yang sangat tidak terduga. 

kejadian kecil, kumpulan memori yang terpanggil serta kejutan juga bisa mendasari pola pikir kita akan masa sekarang dan masa depan. kumpulan memori yang terpanggil ini menjadi sebuah jangkar yang kemudian membuat kita, bahkan kadang memaksa kita, untuk mulai berpikir, tentang jalan mana yang akan ditempuh, persimpangan mana yang akan dipilih serta dengan siapa kita akan memberikan kepercayaan untuk berjalan bersama dalam perjalanan itu.  

kejadian kecil juga kadang begitu menggoda kita untuk cepat-cepat mengambil keputusan, karena kumpulan memori yang tiba-tiba saja ada itu, memberikan semacam data yang terasa begitu lengkap dan begitu sahih untuk menjadi semacam buku pentujuk dalam memilih persimpangan yang begitu banyak dan begitu membingungkan dalam hidup ini.  

apalagi bagi sebagian orang, seperti saya, yang terlalu percaya akan detail dan kejadian kecil, kumpulan memori yang tiba-tiba itu menjadi semakin sahih dan semakin mengganggu dalam memberikan keputusan akan pilihan saat ini dan tentang masa depan, yang meskipun tampak samar-samar tapi menjadi terasa jelas secara tiba-tiba.  

kejadian kecil, memori yang terkumpul, kesahihan yang tiba-tiba datang, menjadi semacam kelengkapan akan berbagai pertanyaan dalam hidup.  

pertanyaan yang kemudian melengkapi berbagai persimpangan jalan hidup, melengkapi beribu kumpulan persimpangan dan beribu kemungkinan akan hidup yang terkadang begitu mendera. 

kejadian kecil dan tentang dera rasa, yang kemudian membuat sedikit luka...

*ralat: untuk kenyamanan membaca, beberapa kesalahan serta ketidaknyamanan pola kata saya perbaiki
tentang kejadian kecil yang kemudian membuat kita berpikir tentang apa yang sedang kita jalani dan jalan apa yang akan kita hadapi di masa depan....SocialTwist Tell-a-Friend

Selasa, 01 Juni 2010

tentang hidup yang ternyata gak boleh terlalu bahagia gak boleh terlalu bersedih

kalau bicara tentang hidup, saya selalu berharap hidup saya pas, sederhana, gak berlebih, dan gak kekurangan.

tapi ada kalanya, ambisi, harapan, target serta berbagai bumbu kehidupan itu begitu menarik sehingga saya terkadang tergoda juga untuk menjadi terlalu bahagia, terlalu bersedih, terlalu galau dan terlalu diambil rasa tentang berbagai hal yang terjadi di dalam hidup saya.

dalam beberapa bulan ini saya selalu berpikir tentang kebahagiaan, bahwa kebahagian itu ternyata datang sebentar namun konstan dan datang tepat waktu. saya sendiri terkadang menikmati kebahagiaan yang sebentar itu dengan menutup mata, menarik nafas, menahannya sebentar, lalu sambil menghembuskan nafas saya melepaskan  kebahagiaan itu untuk tetap berharap ia akan datang kembali di saat yang tepat.

tetapi ada kalanya saya juga tergoda untuk menikmati kebahagiaan secara berlebihan, mencoba mengingatnya secara terus menerus, mengulangnya pada teman, dan memikirkannya untuk beberapa hari.

godaan untuk menjalani hidup dengan berlebih ternyata kini membuat saya takut dan membuat saya ragu, bahwa ternyata dibalik keharuan dan perasaaan damai, kebahagiaan membawa rasa takut yang terkadang datang begitu tiba-tiba dan begitu menyita apa yang ada di diri saya.

ketakutan filosofis yang membuat harapan dan segala hal yang positif menjadi gamang. dan mengakhirinya dengan keragu-raguan...

begitu pun dengan rasa sedih, terkadang saya sendiri begitu memaksa untuk menjadi sedih secara berlebihan, mengulangnya dalam setiap pagi, sore dan malam, memikirkanya dengan terlalu sering.

alih-alih melepaskannya untuk mengambil sebuah manfaat, kesedihan terkadang menjadi beban yang juga memberi ketakutan tersendiri, keraguan yang kalut dan membuat semuanya seperti diam di satu titik dan tidak bergerak kemana-mana.

hidup berlebihan ternyata bukan hanya tentang materi, bukan hanya tentang membeli barang yang tidak perlu, bukan hanya jajan di tempat mahal tanpa menghabiskannya.

berlebihan ternyata bisa sangat jauh dari hal yang berbau uang, berlebihan bisa saja berbentuk pikiran, perasaan dan mungkin saja harapan.

dan tentang mencoba hidup sederhana, kini mencapai sebuah hal baru lagi, karena bukan hanya tentang uang dan hal yang berbau materi tetapi juga tentang berbagai hal yang berbau rasa.




tentang hidup yang ternyata gak boleh terlalu bahagia gak boleh terlalu bersedihSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 12 Mei 2010

sesusah-susahnya dead line nulis toh kelar juga, seandainya mengurus perasaan semudah menulis...

judul diatas mungkin terlihat sombong ketika saya mengataan bahwa menulis itu mudah, tapi nanti dulu, saya ceritakan dulu bagaimana samapai akhirnya saya menemukan kombinasi kata seperti diatas yang tersusun menjadi sebuah kalimat yang, bagi saya menjadi semacam pelepas galau kalo lagi bingung.

hampir setengah tahun saya menjadi penulis profesional, yang artinya saya menulis untuk diberi fee atau bayaran tertentu atas profesi saya sebagai penulis. dan telah berpuluh-puluh deadline yang saya lewati. kadang deadline itu begitu menakutkan sampai saya gak bisa berkutik dan jungkir balik, bolak-balik agar inspirasi bisa dateng dan ide untuk menulis bisa membuat deadline saya terlewati dengan sukses.

dealine sejatinya memang tengat waktu, yang seharusnya bisa kita atur untuk tidak ada, sebagai penulis sebetulnya bisa mengatur waktu sedemikian mungkin jadi tulisan bisa selesai tepat waktu, tapi jadwal menulis saya ternyata cukup ketat, setiap hari kerja (minus sabtu dan minggu) saya harus menyusun 2 artikel (minimal) bisa 3 kalo lagi lancar untuk salah satu situs dimana saya bekerja, dan setiap senin dan kamis saya harus menyelesaikan tulisan lain untuk orderan menulis di tempat yang berbeda.

dari jadwal itu ternyata deadline memang tidak bisa saya atur semudah itu, tiap hari selalu saja waktu menulis itu keluar jadwal dengan berbagai hal dan alasan yang bisa membuatnya seperti itu.

nah, lalu apa hubungannya dengan perasaan?

terkadang saya menulis dengan diliputi rasa galau, entah karena sebuah hal atau tiba-tiba saja saya merasa galau. galau ini sepertinya memang sudah menjadi bagian dari hidup saya. nah, kombinasi antara deadline menulis dan kegalauan memang biasanya adalah kombinasi maut yang selalu sangat sulit untuk dihadapi, bisanya kombinasi ini membuat saya berlari meracau di status FB, yang sebenernya cukup memalukan.

tapi apa boleh buat, kadang saya benar-benar tidak bisa menulis satu kata pun, sehingga harus dipancing dengan mengetikkan kalimat dimanapun, termasuk di status.

dalam kombinasi maut itu, biasanya akan berakhir dengan kata-kata yang menjadi judul tulisan ini: 

sesusah-susahnya dead line nulis toh kelar juga, seandainya mengurus perasaan semudah menulis...


betul, ternyata dadline menulis lebih mudah saya lewati, kadang waktu saya untuk menyelesaikan tulisan terpatok harus diselesaikan dalam waktu 30 menit, dengan susah payah biasanya saya tengat waktu itu bisa saya lampui, minimal tidak telat jauh dan tulisan saya bisa dikirimkan tepat waktu.

nah, yang tersisa biasanya hanya perasaan galau itu, perasaan tidak menentu yang kadang alasannya juga gak bisa saya temukan. mengurus perasaan ternyata memang tidak semudah menulis, perasaan itu bisa berhubungan dengan diri saya sendiri dan bisa juga berhubungan dengan orang lain. ketika mengelola perasaaan sendiri saja sudah sulit maka mengelola perasaan yang berhubungan dengan relasi kita dengan orang lain juga menjadi sulit.

menulis dan mengelola perasaan punya kemiripan, dua-duanya memerlukan ekstra kerja keras, sampai sekarang saya sendiri masih merasa bahwa menulis itu bisa dilewati dengan lebih mudah dibandingkan dengan perasaan galau, meski keduanya sama-sama sering saya hadapi, ternyata perasaan jauh lebih sulit ditaklukkan dari sederetan kata yang menunggu untuk dirangkai.

menulis adalah pilihan hidup saya, begitu juga dengan relasi dengan orang lain yang juga menjadi pilihan saya. meski sulit, dan penuh resiko, agaknya
saya harus kembali membaca tulisan-tulisan saya sendiri bahwa pilihan memang selalu penuh resiko, yang lebih penting sebenarnya bukan hanya tentang pilihan itu, tetapi bagaiamana kita menjalanai segala keadaan setelah pilihan itu dibuat.

semoga saya bisa tetap terus menulis dan membari manfaat, sama seperti, semoaga saya bisa menjadi lebih dewasa dan mampu mengelola perasaan saya dengan labih ceria...

selamat menulis, dan selamat bersahabat dengan perasaaan...
sesusah-susahnya dead line nulis toh kelar juga, seandainya mengurus perasaan semudah menulis...SocialTwist Tell-a-Friend

Kamis, 06 Mei 2010

tentang relasi dan tentang keruwetan

yang paling menyebalkan dari sebuah relasi, baik itu pertemanan, sahabat, kenalan, pacar atau what ever it is, bagi saya adalah bahwa kita berpikir dan berprediksi.

misalnya begini, kalo kita ketemu teman kita, terus mukanya cemberut, nada suaranya tidak merdu seperti biasanya, maka kita berprediksi, jangan-jangan dia itu lagi marah, jangan-jangan dia itu lagi kesel, sama siapa ya, sama saya, sama temannya, sama keluarga sama... dan begitulah berbagai prediksi memenuhi otak kita.

atau, kalo kita bertemu, terus kok suasananya agak tidak enak, kita kemudian berpikir tentang berbagai hal yang kita rasakan. jangan-jangan ini, jangan-jangan itu, wah kalo gini gimana, kalau gitu gimana ya...

otak kita terus berputar dan berhenti sampai ketika kita kemudian menanyakan pada teman kita, sahabat kita atau relasi kita itu. 

'kamu kenapa?'

jawab teman kita, 'ga pa pa kok'

'bener nih?'

'iya'

dengan jawaban iya, seharusnya persoalan menjadi selesai. tapi otak kita ternyata tidak berhenti disana, prediksi-prediksi masih terus berjalan dan mondar-mandir di kepala kita. masa iya, gak ada apa-apa, kalo iya gimana, kalo cuma pura-pura gimana, kalo sebenernya ada persoalan tapi di tutupi gimana.

prediksi itu secara alamiah terus terjadi dan menyebabkan proses komunikasi menjadi macet. dan kemampuan membaca keadaan pun menjadi tumpul, gerak-gerik menjadi tidak bisa terbaca, senyuman menjadi aneh, dan tatapan mata seperti asing. 

sampai disini, saya sering merasa lelah, merasa bahwa relasi dengan orang lain itu sangat sulit, entah bagi orang lain, tapi bagi saya prediksi dan pikiran ini terus saja mondar-mandir dan tidak bisa pergi. kadang kala diam menjadi jawaban, tapi kadang diam juga tidak menyelesaikan apa-apa.

menjadi dewasa dalam menjalin relasi memeng membutuhkan usaha yang, ternyata sangat tidak mudah. kadang kita menjadi reaktif atas suatu hal, tanpa tau alasan atau sebab kenapa hal itu bisa terjadi. kadang-kadang menjadi reaktif lebih mudah daripada menjadi perenung dan menganalisa semuanya sebelum bertindak.

kadang kala saya juga menjadi merasa sangat tidak cocok hidup di dunia yang penuh relasi ini, sering merasa kecapaian dengan berbagai prediksi dan persepsi yang terus ada di pikiran saya. selalu merasa tidak enak kalau-kalau relasi atau teman saya merasa saya sakiti atau tersinggung.

dan yang lebih susah lagi, ternyata teman saya itu banyak (tanpa bermaksud sombong), jadi hidup dalam berbagai prediksi itu mejadi sangat membuat ribet, seperti jalan dengan beribu persimpangan yang tiba-tiba ada di depan, di belakang, di kiri dan di kanan, di samping, di mana-mana.

seperti dikepung oleh sesuatu yang kita sendiri gak tau itu apa.

alhasil, kadang saya merasa gamang dalam membangun relasi, kadang menjadi terpuruk dan menyerah, bahwa yang namanya membangun relasi itu ternyata gak cocok buat saya. 

tapi, teman-teman saya terus bertambah, mereka baik-baik sama saya, gak semua sih, tapi wajarlah, toh saya juga kan gak baik sama semua orang, jadi wajar kalo ada orang yang gak baik sama saya. satu tempat ke satu tempat lain saya mendapat teman baru, relasi baru, ada yang relasinya intens, ada yang biasa aja, ada yang sangat intens. semuanya, terus terang tetap membuat saya kebingungan.

tapi, ternyata teman-teman saya tetap disana, tetap menegur saya, tetap mengajak saya nonton konser musik, tetap mengirim sms pada saya, tetap me-RT tweet saya, membalas DM di Twitter saya, tetap membaca blog saya, dan tetap meng-klik likes pada status saya di Facebook.

tetap menegur saya di jalan, tetap berteriak memanggil kalau melihat saya sedang jalan bersama sukab, motor saya yang paling saya cintai itu. 

mereka tetap hadir di semua persimpangan dan simpul dalam kehidupan saya.

meski masih terus kebingungan, semoga saja teguran teman-teman saya itu bisa menjadi sebuah penjelasan paling masuk akal dan membuat saya lebih dewasa lagi dalam membangun relasi. 

semoga...
tentang relasi dan tentang keruwetanSocialTwist Tell-a-Friend

Sabtu, 01 Mei 2010

every love has story, thats why they call it love story

saya agak lupa sebenarnya apakah saya sudah pernah menceritakan tentang flim berjudul 'french film' atau belum, tapi intinya film itu bercerita tentang kisah cinta.

bahwa kisah cinta itu harus punya semacam alur, semacam adegan pembuka, adegan utama dan adegan penutup. bahwa cinta yang sempurna itu selalu punya cerita, selalu menjadi bagian cerita dan selalu membuat cerita itu sendiri.

cinta adalah cinta itu sendiri, tetapi ketika masuk dalam kehidupan seseorang maka ia membuat kisah, membuat cerita dan menuturkan berbagai kejadian yang bersentuhan dengan manusia lewat kisah-kisahnya.

dan ingatan akan film 'french film' tiba-tiba saja muncul bersamaan dengan percakapan saya dengan seseorang dari luar angkasa disebuah jalan-jalan menjelang sore hari, bahwa cinta lebih menyenangkan dengan sebuah kisah, bisa kisah pendekatan yang meragukan, menggalaukan tapi seru dan menyenangkan, bisa juga kisah penuh deg-degan, bisa juga kisah penuh dengan kejutan dan bisa juga kisah gabungan semuanya.

pada intinya seitap cinta itu punya kisah, maka dari itu dinamakan kisah cinta.

lalu pertanyaan muncul, bagaimana dengan cinta tanpa kisah atau sebaliknya, kisah tanpa cinta?

sebenarnya saya ingin mengajukan pertanyaan yang sama ini pada teman saya yang dari luar angkasa itu, tapi belum sempat, mungkin nanti pada pertemuan selanjutnya, saya akan bertanya tentang ini. sementara itu kini saya hanya bisa menerka-nerka saja, karena saya sendiri sebenarnya tidak tau jawaban atas pertanyaan itu.

cinta tanpa kisah bisa jadi hambar, tapi tidak selamanya juga cinta punya kisah. adakalanya cinta pun menjadi kesepian dan mendiami kesendirian, tanpa kisah tanpa cerita, tapi ada kalanya pula kisah mengalir dalam hidup tanpa cinta, kisah yang berjalan sendirian dalam kesunyian dalam kegalauan.

adakalanya seseorang memilih untuk menjalani satu saja dan tidak keduanya dan memilih, cinta atau kisah, kisah atau cinta, bukan keduanya.

hidup itu pilihan, meski segala sesuatunya berjalan dan mengalir begitu saja, tetapi pilihan tetap harus dibuat, adakalanya takdir memang menghampiri kita, tapi takdir pun punya batas, dan dalam batasnya, takdir tetap menuntut kita untuk mengambil keputusan dan melakukan pilihan.

saya sendiri memilih untuk mempunyai kisah dalam cinta saya, dan mempunyai cinta dalam kisah saya. sampai sekarang itu saja sudah cukup bagi saya, biar perjalanan selanjutnya mengikuti saya, biar kisah ini menjadi lebih seru dan menarik, karena kebahagiaan kadang tidak datang berlama-lama, namun muncul sebentar dengan penuh kejutan dan selalu kembali pada saat yang sangat tepat.

tidak ada yang mutlak dalam hidup ini, jadi saya pun masih mencoba berpikir tentang kisah sebagai kesendirian dan cinta sebagai kesendirian, karena saya yakin dengan begitu banyak pilihan yang ada di dunia ini, dua hal ini bisa jadi memilih untuk berdiri sendiri-sendiri.

tapi saat ini saya sedang menikmati berbagai kisah menyenangkan ini dan percaya dengan kalimat :

"every love has story, that's why they call it love story"
every love has story, thats why they call it love storySocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 23 April 2010

filosofi ruang tunggu

pernah nonton film terminal? yang dibitangi sama zeta-jones dan tom hanks... 

saya agak lupa ceritanya, tapi inti yang saya tangkap dari film itu adalah, bahwa kita ini hidup di ruang tunggu, dimana pun kita,:di rumah, di kantor, di jalan, di manapun, kita akan selalu menemukan ruang tunggu.

ruang tunggu bisa jadi tidak berbentuk ruang, mungkin saja jeda, mungkin saja obrolan ngalor-ngidul yang kita lakukan. tapi di dalam itu semua kita menunggu, menunggu makanan yang di pesan datang, menunggu pacar, menunggu di jemput atau menunggu hujan reda.

baru-baru ini saya untuk pertama kalinya :D pergi ke jakarta sendirian tanpa teman, dan tanpa tiket pulang, saya naik travel dan datang agak cepat, jadi saya menungu di ruang tunggu travel tersebut.

dalam waktu tunggu yang sangat singkat kurang lebih hanya 30 menit, ternyata saya disuguhkan dengan sebuah pemandangan yang, terus terang membuat saya takut. 

berbagai orang datang, hilir mudik, ada yang memesan tiket, ada yang tidak kebagian tiket, ada yang duduk sebentar lalu pergi, ada yang menunggu seperti saya, ada yang mengetik dengan laptop, ada yang sedang menelepon dan seperti sedang berbicara dengan pacarnya, ada yang cuma datang saja ada karyawan yang tampak sibuk sekali, ada yang sedang makan, ada bermacam-macam aktivitas.

tapi kemudian ruang tunggu menjadi cukup menakutkan bagi saya, karena di dalamnya seperti tidak ada arti. orang cuma mampir dan lalu pergi lagi, orang cuma mampir sebentar duduk, diam, menggunakan ponsel, makan lalu pergi lagi menuju tempat yang dia tuju.

ruang tunggu bukanlah tujuan itu sendiri, ini hanya semcam jeda. semacam tempat yang orang bisa datang, bisa pergi tanpa peduli dengan apapun yang ada di dalamnya.

ruang tunggu menjadi mengerikan ketika saya melihat hal yang mirip dalam kehidupan. orang bergegas, orang hilir mudik, saling sikut entah untuk apa. kengerian saya bertambah ketika logika saya kemudian mengaitkan antara hidup dan ruang tunggu.

bagaimana jadinya jika benar adanya bahwa hidup itu adalah ruang tunggu?

betapa mengerikan bahwa orang tidak lagi memandang apa itu hidup, apa yang ada didalamnya dan menjadi tidak peduli dengan segala lingkungan dan apa yang terjadi di sekitar. hanya ingat akan dirinya yang sedang berbegas, yang sedang berjalan, yang cuma mampir.

hidup menjadi tidak berarti.

padahal ruang tunggu bagi saya adalah sebuah tempat yang unik dan sangat berguna, bayangkan jika kita tidak punya yang namanya ruang tunggu, bayangkan ada ingin pergi ke suatu tempat dari suatu tempat yang lain, tapi tidak bisa menunggu dimana-mana, anda akan selalu bergegas, selalu dipaksa untuk tepat waktu, tidak boleh ketinggalan dan tidak boleh datang terlalu cepat.

entah anda, tapi bayangan tentang hal ini cukup membuat saya bergidik, jika ruang tunggu menjadi tidak berarti, apakah hidup juga akan menjadi tidak berarti, apa jadinya jika kita hanya bergegas tanpa bisa memaknai ruang tunggu, tanpa bisa memaknai hidup.

ruang tunggu yang sederhana dan unik itu, yang kadang kita tidak ambil peduli denganya, ternyata cukup memberi saya sebuah kesadaran baru. dan membuat saya bertanya-tanya, seperti apakah saya memaknai hidup saya...

semoga, jika saya nanti bertemu lagi dengan ruang tunggu, saya sudah bisa menemukan arti, meski hanya sedikit itupun cukup, sehingga saya bisa menggali makna akan filosofi ruang tunggu, yang tentu saja akan bermakna pada hidup saya.

selamat menikmati ruang tunggu....
filosofi ruang tungguSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 14 April 2010

tentang senja yang sempurna atawa the perfect afternoon [part 2]

tulisan ini sepertinya akan jadi salah satu tulisan favorit saya, bukan hanya karena tema tulisannya tentang senja, tapi pengalaman yang hadir di cerita ini memang sudah saya tunggu-tunggu, nah mari kita lihat, cerita tentang apa itu.

tulisan kali ini memang merupakan tulisan lanjutan dari tulisan minggu kemarin dan masih seputar senja.

setelah menulis tentang bagaimana senja sempurna itu terjadi, maka kini saya akan bercerita tentang bagaimana sebenarnya cara melewatkan senja untuk bisa menjadi a perfect afternoon, tentu ala wikupedia.

bagi saya perfect afternoon itu terdiri dari 3 unsur utama, yang pertama adalah senjanya itu sendiri atau kita sebut sebagai momen, lalu yang kedua adalah tempat menikmati senja itu sendiri atau yang kita sebut place, dan yang terakhir adalah partner, yang berarti dengan siapa kita melihat dan menikmati senja.

momen atau senja itu sendiri tentu adalah bagian penting, seperti juga tulisan minggu lalu yang menjelaskan bagaimana sebenarnya senja yang sempurna itu, warna mega-mega, matahari yang bulat sempurna, serta berbagai tahap yang dilewati matahari sebelum langit berubah menjadi gelap.

perfect afternoon tentu akan menghadirkan senja yang indah, matahari yang bulat serta warna-warna magis yang menempel dilangit dan diawan, menjadikan senja bagai lukisan raksasa tiga dimensi yang tidak akan pernah bisa dilihat dalam satu kali tatapan mata, terkadang kita harus mendongak dan melihat kiri kanan untuk menikmati senja beserta segala detail yang ditampilkannya.

unsur yang kedua adalah place atau tempat di mana kita melihat dan menonton senja itu. tempat bisa saja romantis, bisa saja tak kalah indah dengan senja itu sendiri, bisa di paris, di venesia, di batukaras, di bali atau di mana pun. 

tapi saya sendiri beranggapan, bahwa tempat melihat senja bisa menjadi special karena ada sejarah yang membangun tempat itu menjadi berarti. misalnya sebuah tempat sederhana, mungkin di atap loteng, mungkin di sudut kota, tetapi kita belum pernah melihat senja di tempat itu, atau kita telah bermimpi untuk melihat senja dari titik itu dan baru kesampaian sekarang.

tempat bisa sangat indah, bisa sangat menakjubkan tapi bisa juda sederhana, malah bisa sangat biasa saja, tapi sejarah, harapan, dan impian yang terkandung di dalamnya yang membuat tempat itu menjadi special dan begitu bermakna.

dan unsur yang terakhir adalah partner atau teman melihat senja. partner bisa saja pacar, bisa saja istri, suami, teman, sahabat, atau siapapun, dalam kasus saya, bisa juga kecengan. 

teman bisa menjadi unsur yang penting, misalnya kalau kita sudah mempersiapkan momen dan tempat dimana kita melihat senja, dan ketika itu terjadi maka impian kita kesampaian, kerja keras kita tercapai. tapi bisa saja semuanya terjadi begitu saja, tanpa persiapan, kita hanya pernah membayangkan saja, memimpikan saja itu terjadi, tapi tidak pernah mempersiapkan secara detail momen senja itu, dan semuanya seperti sebuah harapan yang menjadi kenyataan.

dan oleh karenanya kita menjadi terkejut sendiri dan kaget dalam konteks bahagia, bahwa apa yang kita impikan justru menjadi kenyataan pada suasana, momen, tempat dan partner yang kita tidak duga sebelumnya.

nah, begitulah cerita tentang senja ala wikupedia, dan seperti apa unsur-unsur yang bisa membentuknya. kalau teman-teman kemudian bertanya apakah saya pernah mengalami senja yang seperti itu alias the perfect afternoon, tentu saya pernah mengalaminya dan itu menjadi senja yang sempurna bagi saya.

senja yang semua unsur serta momen senja yang saya ceritakan di dua tulisan ini ada semua disana, mulai dari senjanya sendiri, warna-warni di awan, bulatan senja, tempat, momen dan partner semuanya ada. mungkin mataharinya tidak begitu oranye, mungkin awan tidak begitu sendu kala itu, tapi terkadang semua tidak perlu berlebihan untuk menjadi sempurna.

senja yang saya dapatkan adalah senja dimana saya memimpikan tempat itu sudah dari tahun kapan untuk sekedar melihat senja, tapi belum kesampaian sampai saat itu. padahal tempatnya dekat dan mudah untuk dijangkau. senja yang saya lihat mungkin tidak seindah senja di pantai atau ditempat lain, tapi saya menikmatinya bersama seseorang yang saya pilih dan yang saya inginkan dengan sangat untuk bersama menikmati sore dengan hamparan matahari senja yang magis.

saya tau masih banyak senja di luar sana dan mungkin lebih indah, lebih banyak warna yang dihasilkan.

tapi saya juga tau, mendapatkan partner yang pas untuk melihat senja tidak datang dua kali, dan bahwa dalam hidup ini kita harus menentukan pilihan, dan pilihan saya tentang senja yang sempurna sudah saya tentukan.

tulisan kali ini mengkahiri cerita tentang a perfect afternoon ala wikupedia, sekarang waktunya teman-teman pembaca untuk mulai melihat sore, mulai mancari tempat, dan mulai mengajak seseorang untuk menikmati senja.

selamat mencari....

ps: tulisan kali ini bukan hanya buat kamu 'sasri' tapi ini memang tentang kamu... :D
tentang senja yang sempurna atawa the perfect afternoon [part 2]SocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 07 April 2010

tentang senja yang sempurna atawa the perfect afternoon [part 1]

sebenarnya saya ingin menulis hal lain yang berhubungan dengan kebahagiaan, tapi saya sudah janji untuk menulis tema seperti judul diatas dan lagi, ternyata cukup sulit menulis kebahagiaan, lebih gampang menulis kegalauan dari pada kebahagiaan, mungkin karena kebahagiaan itu datang dari lubuk hati yang paling dalam dan paling private.

jadi kini saya menulis saja tentang senja, sebuah momen paling keren yang saya tau dan menjadi momen paling indah yang pernah saya temui di dunia.

berbicara tentang senja yang saya pahami tidak akan bisa lepas dari senja yang di gambarkan oleh Seno Gumira Ajidarma. saya adalah salah satu pengkoleksi buku SGA dan hapir hafal betul bagaimana cara dia menceritakan senja dengan kata-kata yang itu -itu saja, kadang diulang kadang teramat panjang sampai kita tiba-tiba pusing sendiri dengan gambaran senja tersebut.

tapi, sejauh ini yang bisa menggambarkan senja secara dramatik bagi saya hanya Seno, deskripsi awan yang bergetar, kolaborasi warna yang sangat kompleks, sampai momen senja serta kesenduannya yang romantis, yang selalu berada di setiap momen senja digambarkan Seno adalah yang terbaik, setidaknya bagi saya.

senja ala wikupedia itu terbagi menjadi 3 bagian.

bagian pertama adalah saat sebelum senja. momen ini biasanya dimuali siang hari selepas jam 3 atau jam 4 sore, sampai jam sekitar jam 5 atau setengah 6 sore. Momen ini akan memberi gambaran senja seperti apa yang akan terjadi.

saya bisa menerka senja apa yang akan terjadi, apakah bakalan indah atau biasa-biasa saja, apakah akan tertutup awan atau tidak dari momen ini. biasanya saya akan mempersiapkan diri untuk memutuskan akan mengejar senja atau tidak di sekitaran jam ini, kalau merasa senjanya akan keren betul, maka saya langsung berbegas mengejar senja.

momen kedua adalah momen senja itu sendiri. momen ini adalah dimana matahari berubah kekuningan, lalu memancarkan warna oranye yang melembut, senja yang keren biasanya membuat matahari menjadi bulat sempurna dan terkesan dekat sekali, tetapi tidak menyilaukan malah begitu lembut sehingga tampak menggoda untuk di sentuh.

senja menghantarkan matahari yang keemasan ini dan menyepuh seluruh warna yang ada dibumi dengan warna emas, jadi kalau ketemu senja seperti ini biasanya saya menyempatkan melihat warna gedung, warna rumah, warna jalan serta warna benda-benda lain yang ada disekitar saya. mencari refleksi warna senja yang keemasan. biasanya warna berbagai benda juga ikut menjadi kuning, atau warna aslinya menjadi tampak pudar.

momen terakhir adalah momen paling magical. momen ini ditandai dengan langit yang berubah warna menjadi warna-warna magis yang membius. warna ungu, biru, jingga, biru muda, ungu muda , oranye, dan berbagai warnak bercampur aduk dan terletak di langit luas.

ada beberapa tipe momen senja seperti ini yang bisa dinikmati. pertama jika tidak ada awan, biasanya warna-warna magical ini akan terpancar dan nempel di langit, warna biru akan bergradasi menjadi berbagai warna aneh lain.

yang kedua jika banyak awan. ini yang paling keren, kalau awannya banyak warna-warna tadi akan menempel di awan, menjadi semacam lukisan magis yang aneh sendu dan membius. garis-garis tipis awan yang tidak lagi berwarna putih, awan tebal yang juga berubah warna, apalagi kalu agi ada awan-awan menggumpal yang memberikan efek lain pada warna-warna senja.

akhirnya momen ini berakhir dengan suasana yang berubah dengan cepat menjadi gelap. biasanya gelap ini datang berlawanan dengan senja. kalau kita menghadap senja, maka gelap akan datang dari belakang kita. gelap ini kadang memang cepat sekali datang, persis pas warna-warna tadi habis gelap akan langusung membawa malam.

begitulah, kadang-kadang tidak setiap senja memang memunculkan momen-momen ini, kadang-kadang senja keren juga tidak semuanya melewati 3 tahap diatas, tapi kalau ada senja yang melewati 3 tahap diatas dan senjanya keren, berarti kamu beruntung, bahwa kamu telah menyaksikan senja terindah yang ada di bumi.

okay, minggu depan masih cerita seputar senja, saya akan bercerita tenang kenapa senja bisa dibilang senja spesial atau perfect afternoon, ada 3 faktor yang mebuatnya seperti itu, yang pertama adalah momen yang berarti senjanya itu sendiri, yang kedua tempat, dimana melihat senja itu dan yang terakhir partner, dengan siapa kita melihat senja.

selengkapnya, baca tulisan wikupedia di blog ini lagi ya....

selamat menikmati senja....


ps: tulisan ini dibuat untuk kamu 'sasri' :D
tentang senja yang sempurna atawa the perfect afternoon [part 1]SocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 19 Maret 2010

saya mau ke Paris, mau lihat senja dari menara Eiffel, mau ikut nggak?

akhirnya saya bisa menulis juga, gak tau kenapa, minggu ini menjadi salah satu minggu yang berat bagi saya, terutama dari segi tulis menulis. memang deadline tulisan, bisa saya lewati semua, tapi ada rasa tidak puas dengan hasil kerjaan tulis menulis saya.

tapi secara tidak sengaja saya ternyata menemukan obat yang sangat manjur...yaitu menulis!

yup, ternyata obat yang paling manjur kalo sedang merasa kering dan kurang bagus tulisannya, ya menulis saja, menulis hal lain yang biasa dikerjakan, menulis dengan tema yang berbeda dari sudut pandang yang lain atau menulis apa saja tidak usah memikirkan tujuan serta maksud tulisan itu dibuat.

menulis menjadi semacam lapangan kerja dan terapi itu sendiri. dan tanpa sengaja juga saya menemukan judul diatas dalam sebuah momen tulis menulis dengan format sms-an (seperti biasa) dengan teman saya.

judul diatas sebenarnya hanya bercanda saja tanpa ada maksud tertentu dan tujuan tertentu, kalimat diatas tadinya hanya sebuah sms bercanda bercampur sedikit kesal karena susah sekali mengajak teman saya itu untuk jalan-jalan, selalu gak pas dan selalu gagal. gak selalu sih, tapi setidaknya 90% gagal. :D

tapi entah kenapa judul diatas setelah dipikir-pikir kok menarik juga untuk terus dibahas dalam otak saya dan terus dikembangkan menjadi bahan tulisan.

senja bagi saya adalah sesuatu yang amazing, sesuatu yang besar yang trasenden dan hanya bisa saya kagumi tanpa embel-embel. saya tidak bisa merengkuh senja, tidak bisa menggapai senja, tidak juga bisa merekam senja, meski sejuta foto bisa merangkum semuanya tapi komposisi senja tidak akan pernah terjewantahkan dalam foto manapun, apapun, dan dimanapun.

saya jadi ingat gambaran senja dari Seno Gumira Ajidarma yang selalu mengulang deskripsi senja yang sama dalam setiap cerpen, novel atau cerita yang dia tulis tentang senja, selalu bercirikan yang sama dan itu-itu saja. bisa jadi karena memang kata apapun tidak akan bisa merangkum bagaimana menggambarkan senja sesuai dengan ketika senja itu hadir.

dan kota paris sebenarnya memang terlitas begitu saja, tapi mungkin saja kata paris telah diam di otak saya cukup lama sehingga kesan romantis atau kesan melankolis dan galau dari kota itu menjadi nyata ketika saya menyebutkan dalam kalimat yang akhirnya menjadi judul tulisan ini.

dan sebuah ajakan sebenarnya bisa menjadi bermaam-macam maksud, bisa menjadi ajakan itu sendiri atau bisa menggambarkan sebuah perasaan lain, rindu misalnya atau mungkin kesal.

intinya, sebuah pertanyaan yang menjadi judul diatas malah membuat saya berpikir ulang tentang berbagai keadaan, dan bagaimana keadaan itu dimasa yang akan datang, apakah saya harus ke paris sendirian, atau saya harus menunggu orang yang diajak itu sampe dia mau.

atau saya harus mengubur impian saya untuk melihat senja yang paling romantis, paling megah, paling indah. senja yang bakal menjadi senja yang tidak tergantikan dan malahan diam di ruangan yang, mungkin saja nyaman tapi cenderung membosankan dan malah bikin galau.

akhirnya saya bisa mengulang pertanyaan itu kembali:
saya mau ke Paris, mau lihat senja dari menara Eiffel, mau ikut nggak?

sayangnya jawaban teman saya itu tidak. agaknya saya menjadi egois karena tidak peduli alasan kenapa jawabannya tidak.

saya mengambil alih keputusan dan pergi sendirian. semua ada resikonya, daripada diam lebih baik melangkah. mungkin ini memang waktunya saya ambil keputusan, mungkin bakal gagal total, ungkin bakal bikin kacau. tapi mungkin saja kebalikannya.

Paris....here i come !!!!
saya mau ke Paris, mau lihat senja dari menara Eiffel, mau ikut nggak?SocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 26 Februari 2010

ketika hidup (tidak) bisa diatur mood

Bagi beberapa orang, mood menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Malah ada juga yang hidupnya diatur oleh mood, bekerja bagaimana mood, bersenang-senang bagaimana mood, pokoknya semuanya tergantung pada mood.

Saya sendiri sebenernya juga sering kali hidup dengan mood ini, bahkan saya punya prinsip kalau kata malas itu adalah alasan yang paling tetap dan tidak terbantahkan jika saya tidak ingin melakukan sesuatu atau malas melakukan sesuatu.

Kalau sudah malas, maka hampir tidak ada yang bisa membuat saya melakukan seusuatu.

Tapi, sejak akhir tahun kemarin, ternyata tanpa disadari beberapa perubahan besar terjadi dalam diri saya. Mulai saat ini, hidup saya ternyata tidak boleh dan tidak bisa lagi bergantung pada mood. 

Hidup sebagai penulis sedikit banyak akan berhubungan dengan tenggat waktu atau kuota tulisan yang diharuskan atau telah disepakati untuk ditulis, untuk setiap hari dan bertambah di hari-hari tertentu.

Untuk setiap harinya saya diharuskan menulis 2 tulisan selama weekdays dan di weekend ada 2 tenggat waktu tulisan saya lainnya yang harus dikerjakan, belum lagi blog pribadi yang sering terbengkalai itu. Saya tidak mengeluh, saya sangat bahagia dengan pekerjaan ini, karena merupakan salah satu pekerjaan impian yang ternyata sudah bisa saya capai di umur yang belum 30 tahun. Saya sangat menikmatinya.

Tapi kadang-kadang saya juga membayangkan, bagaimana jadinya kalau sistem kerja saya harus diatur mood, bisa kacau balau. tenggat waktu 2 tulisan setiap hari mungkin terdengar berat, tapi saya menyukainya, membuat saya tetap fokus dan tau apa yang harus saya kerjakan setiap harinya. Dan bayangkan saja jika saya menyerah pada mood saya, malas untuk menulis, bisa berantakkan semua.

Di titik ini kemudian saya menyadari bahwa pilihan akan menimbulkan konsekuensi, pada awalnya mungkin saya tidak melihat konsekuensi apa-apa dari pilihan menjadi penulis ini, yang penting nulis, bisa membangun brand nama sendiri dan tentu saja mendapat penghasilan.

Tapi ternyata tenggat waktu membuat saya malah bisa menentukan rencana, meski terdengar mengancam, kini saya lebih memaknai tenggat waktu dengan sudut pandang yang lebih positif.

Kini setiap hari saya tau harus berbuat apa, saya tau apa yang harus saya tulis, saya tau saya harus mencari bahan dimana dan saya tau ada semacam titik yang harus saya capai setiap hari. Jika saya kini mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk berjalan-jalan, bersosialisai, itu memang perlu waktu untuk mencari dan mengatur bagaimana sistem kerja menulis agar semuanya bisa terpenuhi, tapi saya masih menyempatkan untuk berjalan-jalan di sore tertentu, sekedar mampir ke toko buku teman saya, melamun atau berjalan-jalan di mall dan melihat seperti apa sih update terbaru kehidupan sosial di Bandung ini.

Mood memang tidak bisa hilang diri saya, itu semacam kodrat yang memang akan terus melekat kemana pun saya pergi, bahkan terkadang saya juga merindukan mood dan sering berleha-leha hanya untuk melayani mood dalam taraf maksimal, apalagi kalau sedang mood galau, itu memang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Tapi tenggat waktu ternyata memang bisa ditanggapi dengan positif, meski kadang tergesa-gesa ketika kata ini terus datang seperti menunjuk-nunjuk, dan jam sudah bukan lagi patokan untuk mengatur waktu istirahat, tapi tenggat waktu memberikan kegunaannya ketika  hidup memang perlu ditata dan pengaturan waktu membutuhkan supervisor.

Jadi selain teman-teman baru saya si bruno, holga hitam manis dan si sasongko komputer desktop pacarnya nurlela, dan satu teman baru saya yang belum punya nama, kini saya punya teman baru: perkenalkan namanya 'tenggat waktu'. :D
ketika hidup (tidak) bisa diatur moodSocialTwist Tell-a-Friend

Jumat, 12 Februari 2010

we are a big family


masuk pada hari minggu berarti masuk pada ide dan tulisan baru.

minggu ini menjadi salah satu minggu bahagia karena beberapa perkembangan baru ditempat kerja saya yang cukup menggembirakan, dan satu lagi, akhirnya setelah hampir jalan dua tahun, nurlela si laptop primadona saya itu, kemaren mendapatkan pendampingnya, senang rasanya akhirnya si nurlela punya pasangan hidup, namanya sasongko, semoga mereka bisa langgeng dan terus saling mengasihi.

berbicara tentang teman, pasagang dalam hidup, saya jadi ingat beberapa minggu yang lalu saya bertemu dengan sebuah keadaan yang membuat saya tersenyum dan terenyuh.

suatu hari minggu yang cerah, saya kebetulan berangkat pagi ke tempat kerja saya, dan merasa lapar, kemudian saya memutuskan untuk makan di daerah cihapit. salah satu wilayah paling tua di bandung yang kini terkenal dengan jajanan pinggir jalannya yang enak, mulai dari baso tahu, cakue, sampai kupat tahu.

saya memilih makan kupat tahu, sambil menunggu pesanan datang, saya memperhatikan lingkungan sekitar, ada deretan toko di sana, yang didepannya juga diisi oleh berbagai pedagang  jualan, selain pedagang jajanan makanan. 

ada pedagang majalah, ada tukang buah-buahan, ada tukang macem-macem. hampir di seluruh toko, didepannya ada tukang pinggir jalan.

suasana akrab khas pinggir jalan menghiasai minggu pagi saya yang menjelang siang itu. suasana kekeluargaan yang, membuat saya tersenyum dan berpikir, bahwa ternyata kita ini adalah sebuah keluarga besar.

ada bapak-bapak penjual majalah disana yang bercanda dengan anak pemilik toko, mereka bercanda khas tentang, betapa sudah besar sekarang si anak itu dan waktu begitu tidak terasa.

saya jadi berpikir tentang rutinitas jualan tersebut, pagi-pagi mereka bersiap, lalu berdagang, membersihkan sampah lalu pulang, dan besoknya mereka melakukan hal yang sama lagi, terus begitu sampai puluhan tahun.

rutinitas yang sudah menjadi kehidupan mereka sendiri, rutinitas yang kemudian bersinggungan dengan tukang dagang lain, pemilik toko, sampai pembeli langganan, yang semuanya kemudian membentuk sebuah keluarga baru.

mungkin kadang-kadang para pedagang itu juga membawa keluarga mereka dirumah untuk dikenalkan pada 'keluarga' mereka yang sehari-hari menemani mereka berjualan. satu pedagang ke pedagang yang lain, ke pemilik toko, ke keluarganya pemilik toko, ke pembeli ke keluarga pembeli, begitu terus sehingga membentuk sebuah lingkaran perkenalan, teman, sahabat dan leluarga yang besar, semakin besar dan terus membesar.

waktu puluhan tahun adalah waktu pembentukan keluarga yang, memang pasti tidak selamanya harmonis.

tapi, dari sana saya tersenyum, bahwa betapa senangnya ketika kita merasa menjadi satu keluarga besar dan masing-masing saling menghargai dan menghormati, percekcokkan pasti akan ada, tapi jika sebagai keluarga, teman, sahabat, segala masalah bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.

betapa bahagianya ketika kita masuk ke lingkungan baru, kita disapa sebagai calon anggota keluarga baru, basa-basi sana sini, besoknya dateng lagi, menjadi rutin dan akhirnya basa-basi menjadi semacam relasi sosial yang tulus, yang didasari pada saling menghargai.

ditengah keriuhan kota bandung yang, saya sendiri tidak begitu suka, disebuah minggu siang yang cerah, ditempat yang teduh itu, ternyata saya menemukan sudut kota yang membuat saya tetap semangat, berjalan di tengah kemajuan jaman yang kadang membuat saya frustasi.

setidaknya kini, saya bisa mengingat waktu singkat kemarin itu dalam memori saya, menjadi semacam ruang yang bisa saya panggil lagi, jika rutinitas sudah membosankan dan saya butuh sebuah momen untuk tersenyum tulus dan bahagia.
we are a big familySocialTwist Tell-a-Friend

Kamis, 28 Januari 2010

tentang janji

minggu kemarin saya tidak menulis, sebuah hal yang sebenarnya saya jaga untuk terjadi tapi ternyata, hidup dengan janji itu cukup sulit.

atas kejadian itu, saya malah bertanya pada diri saya tentang janji.

bagaimana sebenarnya sikap kita atas janji, terutama janji pada diri sendiri. seperti saya yang berjanji untuk selalu menulis, minimal satu tulisan di blog saya. atau mungkin ada yang berjanji untuk tidak mendekati lagi seorang kecengan, atau berjanji untuk tidak memikirkannya dan berencana untuk beralih pada yang lain, atau janji untuk bangun pagi dan tidak menonton TV selama seminggu, atau janji untuk tidak membuka facebook dan twitter.

janji kadang kala tidak kita tepati, apalagi janji pada diri sendiri yang terkadang untuk melanggarnya sama sekali tidak ada hambatan, tinggal mencari-cari alasan atau berlalu begitu saja, maka janji itu tinggal kita tinggalkan dan kapan-kapan diulangi lagi janji yang sama untuk dilanggar dengan metode yang sama.
janji itu dengan mudah kita lewati, seperti melewati satu perempatan yang sama setiap hari, atau melewati lampu merah.

padahal jika kita pandang lebih jauh, janji pada diri sendiri sebenarnya sama sekali tidak sesederhana itu. janji pada diri sendiri sering kali juga akan berefek pada orang lain. misalnya saya, yang berjanji untuk menulis setiap seminggu sekali, mungkin saja di dunia maya itu ada yang menunggu tulisan saya. dengan tidak menulis, dengan melanggar janji saya pada diri sendiri, ternyata saya membuka juga kesempatan untuk, tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga mungkin akan merugikan orang lain.

ada yang bilang janji itu seperti utang yang memang harus dibayar. tapi utang sering kali bermakna negatif, maka mungkin juga janji bisa dianggap sebagai langkah kecil, semacam little foot step, yang jika kita tidak lewati maka kita tidak akan bergerak kemana-mana. setiap lari dimulai dari langkah kecil, setiap jarak yang terbentang di mulai dari satu jengkal, setiap meter akan dimulai dari satu mili, kemudian satu cm, kemudian satu meter kemudian satu kilometer dan seterusnya.
maka janji sebenarnya mau tidak mau harus ditepati, tanpa menepatinya maka kita takkan bergerak kemana-mana, tak akan maju tak akan mundur. kita akan diam di tempat.

janji yang ditepati juga mungkin tidak akan membawa kita pada keberhasilan besar, pada kesuksesan gegap gempita, bahkan janji yang kita tepati mungkin akan membawa kita pada kesulitan, pada persoalan baru, pada kegalauan baru.

tapi, tanpa menepati janji itu, semua akan tetap sama. dengan menepati janji, sebesar apapun resikonya, itu berarti kita maju, kita berjalan, melangkah menuju sesuatu, bukankah makna hidup itu berarti maju, maju untuk mencoba, maju untuk memulai.

meski janji untuk menulis setiap minggu itu kini sudah tidak saya tepati, tapi satu hal yang pasti, saya mendapat pelajaran darinya, dan semoga saja, janji yang lain bisa saya tepati.
tentang janjiSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 13 Januari 2010

mengurai logika menjadi perasaan mesra

satu minggu, sebenarnya waktu yang cukup lama. setidaknya untuk mengamati beberapa kejadian shari-hari, tapi ada kalanya kita merasa atau menjadi kelelahan ketika menjalani semuanya.

tulisan kali ini memang bukan untuk mengeluh, tapi rasanya menarik juga bagi saya untuk bercerita tentang sesuatu yang sudah lama tidak saya tulis.

tentang rasa suka.

sebenarnya sempat bosan ketika saya bercerita tentang rasa suka, rasa yang sama, yang itu-itu juga dengan ciri-ciri yang sama pula, hanya berbeda di kepenuhan rasanya karena memang orangnya mungkin berbeda.

tapi, sebagai salah satu rasa yang selalu ada di setiap manusia, cerita tentang rasa suka juga akan selalu hadir dan selalu bisa diceritakan.

beberapa hari yang lalu saya menonton film avatar, ada satu hal yang menarik tentang rasa suka yang terus terbayang dalam pikiran saya. jika anda sudah menonton film ini tentu ingat kejadian ketika si avatar perempuan (yang menjadi tokoh utamanya) ingin memanah si avatar 'manusia' yang menjadi tokoh utamanya, di hutan.

sebelum panah itu terlepas dari busurnya, ternyata ada semacam mahluk mirip ubur-ubur yang hinggap di ujung panah, yang membuat si avatar perempuan ini tidak jadi melepaskan busur.

sekilas mungkin biasa saja, tapi bagi saya dan mungkin juga para pembaca yang percaya pada tanda, pasti akan cukup tergangngu dengan kejadian seperti ini, terganggu bukan dalam arti negatif, tetapi pertanda membuat kita menjadi lebih aware dan lebih sensitif.

seperti juga si perempuan avatar ini, saya percaya dengan tanda, bahwa sesuatu yang diawal sebuah tanda itu pasti akan bermakna di kemudian hari, tentang bagaimana makna itu terjadi dan apa dampaknya, itu bukan urusan manusia, itu adalah misteri kehidupan sendiri.

perjumpaan dengan sebuah tanda itu kemudian memunculkan rasa suka, rasa percaya dan rasa nyaman. tanda hadir sebagai sebuah perantara antara kejadian masa kini, harapan dan kejadian masa depan.

demikian juga tentang rasa suka, bagi saya rasa suka yang timbul diiringi banyak tanda akan mempunyai makna berlebih di kemudian hari. dan kadang kala, rasa suka seperti ini hadir dari rasa suka pada pandangan pertama.

pertanda bisa hadir dari macam-macam bentuk, ada yang hadir dari kejadian sederhana yang hampir pasti luput dari perhatian kita, ada juga yang hadir seperti tanpa makna tapi ternyata bermakna dalam sekali. ada juga yang hadir dengan sebuah kejadian jelimet yang kadang-kadang sepertinya akan lebih baik jika tidak dipikirkan dan melarikan diri saja dari tanda-tanda itu.

tapi, bagaimana pun bentuknya itu, tanda bagi saya menjadi semacam bentuk paling kongkrit dari filosofi kalau-kalau, yang membuat saya menjadi lebih waspada dan lebih sensitif untuk mencari makna apa yang ada didalamnya.

meskipun harus saya akui, tanda juga bisa menjadi sangat berbahaya ketika kita kemudian mempercayakan seluruh kehidupan kita pada tanda itu, kita menjadi begitu tergantungnya pada tanda itu, sehingga kita menjadi beriman pada bentuk tanda itu bukan pada sesuatu yang ada beyond dari tanda itu, sesuatu yang trasenden yang berada di luar akal kita.

tanda bukan untuk dipercayai seperti itu, tanda adalah tanda, yang berguna untuk menandai dan memberikan kita masukan tertentu untuk kemudian kita olah kembali menjadi berbagai hal yang bermanfaat.

rasa suka yang diawal tanda bagi saya menjadi lebih manis, menjadi lebih merona dan tentu saja menjadi lebih galau. rasa suka dengan beribu tanda kadang membingungkan, kadang membuat tidak sabar, kadang membuat tidak tahan dan membuat kita menyerah.

sampai sekarang, saya juga masih melerai tanda-tanda itu menjadi beberapa hal yang bersangkutan pada kepastian yang membuat saya menjadi yakin.
sampai sekarang, saya masih mencoba, mengurai logika menjadi perasaan-perasaan mesra.

tanda adalah tanda, dan akan tanpa makna, jika kita tidak mencoba menyimpan tanda itu, dan memikirkannya dalam hati.

selamat menikmati pertanda dan mengurai logika menjadi perasaan mesra...

 
mengurai logika menjadi perasaan mesraSocialTwist Tell-a-Friend

Rabu, 06 Januari 2010

tentang menjadi dewasa

tulisan kali ini merupakan tulisan pertama di tahun 2010, saya kebetulan bukan tipe orang yang suka menuliskan resolusi atau semacam rangkuman perjalanan tahun lalu, saya lebih suka untuk menjalaninya saja, dan membuat semuanya mengalir begitu saja.

jadi untuk minggu ini saya ingin bercerita tentang kedewasaan.

tulisan ini berawal dari sebuah kegiatan ber-sms ria dengan salah satu teman saya, yang tiba-tiba saja bilang ke saya untuk membantu dia agar lebih dewasa.

pada awalnya saya termenung dan tidak tau harus bilang apa, sepertinya pertanyaan ini juga cukup membuat saya kaget, bukan karena saya tertohok dengan pernyataan ini tapi saya malah masuk pada sebuah pernyataan baru: sepertinya saya tidak terlalu peduli dengan apa itu kedewasaan dan bagaimana caranya mencapai kedewasaan itu.

hidup saya ternyata begitu mengalir, sampai-sampai ide tentang kedewasaan itu tidak pernah saya pikirkan, meski mungkin tanpa sadar saya sudah bergerak ke arah menjadi dewasa.

bagi saya kedewasaan bukanlah menjadi sesuatu yang menurut orang lain begini atau begitu, kedewasaan bukanlah mengikuti standar orang lain tentang kedewasaan itu sendiri.

kedewasaan terlalu kerdil jika hanya di identifikasi pada sebuah setelah kemeja, rapih, potongan rambur rapih, selana katun, rok dan blouse, atau baju terusan, stelan kantor, batik atau apapun itu yang hanya akan menjadi sebuah kondisi tampak muka.

kedewasaan sebetulnya adalah bagaimana kita menghadapi pilihan-pilihan, tentang bagaimana bersikap atas resiko dari semua pilihan dan bersikap tenang dalam menghadapi hidup ini. kedewasaan adalah tentang bagaimana mengetahui semua kondisi itu pasti akan punya resiko, kedewasaan berarti berani mengambil pilihan, meski pilihan itu sama sekali tidak populer dan mungkin tidak terbayang apa yang akan terjadi selanjutnya.

kedewasaan adalah tentang keyakinan atas pilihan diri sendiri, atas kempuan pikiran yang terus diasah seiring dengan perjalanan hidup.

kedewasaan berarti mau berpikir tentang apa yang telah, sedang dan akan dijalani di hidup ini, dan kemudian menjadikannya sebagai masukan dalam manapaki perjalanan hidup, bukan hanya bergantung pada sebuah kondisi saja, tetapi berkemampuan untuk menganalisis semua kondisi yang ada dan membuat keputusan.

menjadi dewasa berbari juga tidak terlalu ambil pusing dan terlena begitu dalam atas resiko pilihan tertentu, bagaimana pun semua pilihan adalah resiko itu sendiri, satu hal yang tidak bisa dihindari dalam hidup, diantaranya adalah resiko.

dan menjadi dewasa berarti mau melakukan pilihan dan menjalaninya dengan santai.

terus terang saya sendiri belum tau apakah saya ini telah menjadi dewasa atau belum. sepertinya menjadi dewasa itu adalah sebuah perjalanan tak bertepi, seperti juga perjalanan mencari pengetahuan itu juga tidak akan bertepi, seperti juga berbuat baik dan memberi makna dan manfaat adalah sebuah perjalanan yang tidak berujung.

sepertinya saya lebih memilih untuk menjalani saja tanpa ambil pusing, biar kalau saya pusing itu, hanya terjadi ketika saya berpikir, tapi ketika saya mengambil sebuah keputusan, yang saya lakukan adalah mencoba bersiap akan semua resiko yang ada dan menjalaninya, itu saja.

mungkin ini cara saya menuju dewasa, dan proses bagi setiap orang memang akan selalu berbeda.

satu hal yang penting dalam hidup ini adalah, jangan takut akan perubahan dan jangan takut akan sebuah resiko apapun, karena bisa jadi kedewasaan akan hadir ketika kita berani menghadapi resiko.

untuk teman saya yang mencoba menjadi dewasa, selamat berusaha, saya tau kamu pasti bisa mengambil pilihan dan berani menghadapi pilihan itu.

untuk para pembaca, semoga proses menjadi dewasa bukan menjadi proses memupuk ego dan mejadikan manusia superior, tapi menjadikan hidup ini lebih nyaman untuk dijalani.

selamat menjadi dewasa....
tentang menjadi dewasaSocialTwist Tell-a-Friend

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.