Senin, 21 Desember 2009

the art of pesimis

jika di postingan terdahulu saya pernah menulis tentang optimisme, kini saatnya saya memberikan pembelaan pada para pengikut faham pesimisme. saya sendiri adalah salah satu orang yang terkenal sangat pesimis, atau lebih tepat memandang sesuatu itu dari sudut negatif, artinya saya selalu mempertimbangakan sesuatu itu dari kebalikannya, misalnya kalau mengikuti perlombaan, saya akan berpikir apa yang terjadi jika saya tidak menang, bukannya bagaimana kalau saya menang.

bagi sebagian orang mungkin cara pandang seperti ini bisa dipandang sebagai cara pandang yang merusak, bahkan ada juga orang yang berpikiran selalu positif, sampai-sampai mempositifkan segala sesuatu meski dalam kenyataannya sesuatu itu tidak positif.

bagi saya memandang banyak hal itu harus selalu mencari keseimbangan, tidak bisa selalu positif tapi harus ada unsur-unsur negatifnya. dan harus bisa menerima kenyataan jika sesuatu itu memang negatif, tidak bisa dipaksakan untuk menjadi positif.

dalam hal bekerja, pola pikir saya bisa jadi mirip dengan akuntan, meski latar belakang saya manajemen, tapi rasanya pola pikir saya ini kadang-kadang malah lebih mirip akuntan. posisi seorang akuntan yang berbasis pada ilmu akuntansi dalam perusahaan, terkenal dengan kegigihannya untuk mempertahankan pola pandang negatif, misalnya untuk menentukan budget promsi, alih-alih membicarakan keberhasilan, orang akuntasi akan mengambil posisi pada sisi jika program itu tidak berhasil, bagaimana pengeluarannya, berapa jumlah uang yang dikeluarkan, sampai bagaimana cara untuk menembalikan uang yang sudah keluar.

orang pemasaran akan berpikir sebaliknya, uang keluar dulu, hasil menyusul, meski tidak selalu demikian.

diluar pekerjaan, saya pun biasanya menerapkan pola pikir kalau-kalau (filosofi kalau-kalau) tapi dengan bumbu kalau-kalau tidak berhasil. kalau-kalau gagal, kalau-kalau kurang pas. jika teman-teman pernah membaca buku the secret maka saya bisa jadi orang yang pasling salah dalam daftar sifat di buku itu, untuk mendapatkan hasil positif kita harus selalu membuat pikiran kita positif.

tapi saya menemukan sebuah artikel yang bagi saya seperti harta karun, karena dalam artikel itu disebutkan bahwa orang-orang dengan kecerdasan tinggi yang sering rewel, yang melakukan cek ricek terus menerus, dan biasanya terlihat galau (bisa digaris bawahi untuk bagian ini nih) karena memikirkan kemungkinan terburuk ternyata mempunyai hasil kerja yang lebih baik (lihat artikel dalam majalah bussinessweek 2-9 septermber 2009).

dari sini kemudian saya merenung, bahwa ternyata kegalauan dan ke-pesimis-an bisa juga berguna dan memberikan hasil yang keren juga.

kemaren saya sempat berbincang lewat sms tentang tulisan saya 'berbincang tentang pelangi', yang ternyata mencirikan kegalauan saya, kata seorang teman saya: "cape tau galau terus". bagi sebagian orang bisa jadi galau ini semacam penyimpangan dari apa yang seharusnya terjadi, yaitu ketidakgalauan, galau bisa diindikasikan sebagai ketidaknormalan, tapi ternyata, sikap galau dan sikap pesimis justru bisa memberikan imbal yang, bisa jadi lebih besar dari apa yang dianggap normal oleh orang kebanyakan.

memang setiap hal tidak akan sama bagi setiap orang, bukankah ciri manusia yang paling utama itu bukannya hanya punya otak dan rasa, tapi manusia menjadi manusia adalah karena keunikkannya, bukan karena kesamaannya.

menjadi pesimis bukanlah ketidaknormalan, menjadi optimis berlebihan justru bisa jadi adalah sumber dari ketidakseimbangan dan kerusakan serta kerapuhan psikologis. menjadi pesimis, tentu dalam taraf yang juga seimbang dan tidak berlebih bisa menjadi teman yang baik juga.

jadi kalau boleh saya bertanya: sudahkah anda menjadi pesimis hari ini?
the art of pesimisSocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.