Jumat, 18 Desember 2009

berbincang tentang pelangi

pelangi adalah sebuah keajaiban paling saya sukai kedua setelah senja.

keajaiban pelangi kadang tidak bisa saya jelaskan, meski saya sebenarnya tidak mengetahui persis apa dan bagaimana terjadinya pelangi, saya dengan sangat senang menikmati kehadiran pelangi.

pelangi bagi saya adalah sebuah momen diantara. sebuah keadaan yang terjadi setelah hujan dan sebelum cerah. atau sebuah keadaan gamang antara hujan lebat, gerimis dan kemungkinan terang atau hujan lebat kembali.

pelangi selalu diidentikan dengan warna-warni, kita di indonesia mengenalnya dengan mejikuhibiniu, meskipun warna pelangi bisa jadi lebih banyak 10 kali lipat dari mejikuhibiniu. dan warna-warni inilah yang sangat menarik mata karena begitu indah di kejauhan, apalagi jika menemuinya di sebuah dataran luas, bukan kota kecil yang dikelilingi gunung seperti bandung.

tapi pelangi ternyata memberikan sebuah nuansa yang lain pada diri saya, sebuah nuansa abu-abu yang ternyata cukup sendu.

jika disandingkan dengan warna-warna yang terdapat pada pelangi perasaan sendu saya ini memang cukup bertolak, biasanya warna-warni itu identik dengan rasa senang, bahagia dan keceriaan, bukannya kesenduan dan kesunyian.

tapi, apa mau dikata, pelangi memberikan sebuah momen galau yang bagi saya sangat menyenangkan, jika senja masih bisa dilihat setiap hari ketika musim kemarau, pelangi yang sendu itu kadang kala saja munculnya, dan membuat kesenduan pada diri saya menjadi dinanti-nanti. bagi seseorang yang selalu merasa nyaman dengan kegalauan, pelangi menjadi sebuah oase warna, dimana warna-warna cerah pun ternyata bisa menyimpan kesenduan tersendiri, bahwa momen diantara hujan dan cerah, diantara mendung dan hujan lebat, momen hujan rintik-riktik itu lah, wilayah abu-abu pelangi menjadi begitu jelas.

ada yang bilang pelangi itu terbentuk karena cahaya bertemu dengan titik air kemudian menyebarkan berbagai warna, pelangi tak bisa hadir tanpa ada cahaya dan juga tak akan bisa hadir tanpa titik air, pelangi sangat bergantung pada dua hal diatas, dan tidak bisa hadir jika salah satu tidak memberikan bagian dari diri mereka untuk mencipta pelangi, ternyata pelangi juga rapuh...

tapi apakah kesenduan itu identik dengan kerapuhan?

rasanya saya tidak bisa menjawabnya karena bagi saya kesenduan dan kegalauan itu justru sebagain dari proses kesadaran saya untuk mencerna berbagai hal, sebuah proses melerai berbagai kejadian dalam hidup untuk bisa mengambil kebijaksanaan sekecil apapun itu.

pelangi bisa jadi rapuh karena keberdiriannya yang tidak bisa ditentukan oleh kemauan dia sendiri, ia terlahir atas kehendak dua unsur berbeda yang mempunyai dua kehendak berbeda juga, atas dasar itu, bisa jadi kesenduan pelangi tidak bisa identik dengan kerapuhan...

dan, oleh karena itu pula, saya masih bisa tersenyum karena kegalauan tidak akan identik pula dengan kerapuhan...

agaknya lama sekali saya tidak bertemu pelangi, ingatan terakhir saya tentang pelangi adalah beberapa tahun kebelakang, tepatnya entah kapan...dan tulisan ini mengingatkan saya pada kerinduan akan pelangi...

saya jadi ingat, teman saya pernah berkata : pelangi itu seperti teman lama, meski kita tidak begitu mengenal, tetapi ketika akan bertemu, kita akan selalu merasa exited...

kerinduan saya pada pelangi bisa jadi kini bertambah dengan kerinduan akan teman saya itu, yang telah banyak memberi inspirasi bagi saya untuk menulis....

semoga, pelangi bisa datang esok hari dan warna-warna ceria penuh kesenduan itu, bisa membuat hari menjadi lebih tenang....
berbincang tentang pelangiSocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.