Sabtu, 19 Desember 2009

ketika hidup bagai segelas air putih

teman saya pernah bilang kalau bertemu teman lama itu akan selalu exited meski kita tidak bener-benar kenal atau dekat dengan teman lama itu.

saya sangat setuju dengan kata-kata ini, tapi dalam perkembangannya, kata-kata ini
kemudian melebur dalam pikiran dan perjalanan hidup saya dan kemudian berubah
menjadi sebuah kesimpulan yang baru, bahwa ternyata bertemu teman lama itu bagi saya
seperti minum air putih.

ketika kita haus, dan meminum air putih itu maka dahaga kita akan hilang dan kita merasa segar, tapi setelah dahaga itu hilang maka kehausan yang baru akan datang kembali.

ini mirip sisifus, ini mirip manusia yang hidup dalam dunia, ini mirip para pekerja yang pergi tiap pagi untuk bekerja dan pulang setiap sore dalam rentang waktu yang sama secara terus-menerus.

beberapa bagian dalam hidup saya yang paling menakutkan adalah tak memiliki makna dalam hidup. ketika hidup menjadi hanya sebatas rutinitas yang hilang makna, ketika kita sebagai manusia, individu dan sebagai pribadi yang punya pilihan menjadi tidak berdaya akan banyak hal.

semua terjadi hanya karena kita memilih untuk menjadi sisifus, tapi sisifus yang tak berpikir, yang tak mengolah makna, dan yang tak berfilsafat.

bagi saya hidup ini memang harus punya makna, tidak hanya sebagai perjalanan lahir, dibesarkan, dewasa, menikah, punya anak, tua, dan meninggal. dalam rentang waktu itu, bagi saya sudah seharusnya hidup itu diberi makna. meski pemaknaan ini juga akan sangat berbeda antara satu orang dengan lainnya.

tapi minimal, bagi saya hidup itu harus sedikitnya berguna bagi orang lain, itu makna paling
dasar dari hidup yang sampai sekarang masih saya cari terus. hidup bagi saya akan tampak
tak bermakna jika hanya sebagai perjalanan saja, tanpa memberi tanda dari perjalanan itu di setiap jalan yang terlewati.

meski saya tau, hidup saya sendiri juga belum berarti apa-apa bagi orang di sekitar saya,
minimal keluarga saya. tapi setidaknya saya punya keyakinan bahwa dalam hidup saya ada satu orang saja yang pernah saya bantu dalam hidup ini, dan itu sudah bermakna seribu kali lebih megah dari ketemu jodoh misalnya.

bertemu teman lama memang sangat menyenangkan, apalagi ketika pertemuan itu sudah dalam rentang waktu yang cukup lama, bahkan bertahun-tahun. tapi terus terang dari pertemuan dengan teman lama yang cukup singkat dan begitu riuh, saya malah tersadarkan bahwa jangan-jangan semua pertemuan itu hanya kosong belaka.

bahwa kita dengan sangat cepat menyesuaikan untuk masuk dalam gelombang yang sama dengan teman-teman lama kita, tapi hanya dalam waktu yang singkat pula kita kembali lagi pada sebuah momen kenyataan dimana kita ada sekarang.

saya malah termenung sendiri betapa kenyataan itu memang punya dunianya sendiri, dan
pertemuan dengan teman lama malah mirip ilusi atau mimpi yang sudah pasti akan berakhir.

permenungan ini membuat saya malah membuat dunia saya menjadi dunia alinenasi di tengah keriuhan pertemuan lama itu, dan mencoba melihat dari jauh, kehidupan seperti apa
yang ingin saya raih, apakah kehidupan dengan harta yang berlebih? apakah kehidupan dengan istri dan anak serta pekerjaan yang menjadikan hidup ini rutinitas belaka? kehidupan yang tanpa arah dan ketidakjelasan makna?

atau hidup yang cukup, yang sederhana, yang tak berlebih, tapi selalu punya ruang untuk merenung, tentang makna, tentang impian, tentang hidup yang penuh lika-liku, dan dalam ruang itu kita kemudian memilih untuk memberi sebuah hal pada dunia sekitar, pada keluarga, pada komunitas dimana kita ada, dan tentu pada diri kita sendiri.

hidup itu memang pilihan, dan selalu unik, tidak akan pernah sama untuk setiap orang yang
ada di dunia ini. kesamaan hanya akan tetap jadi kemasamaan yang bermakna kemiripan, tapi bukan identik.

saya tentu akan memilih hidup dalam filosofi kecukupan, dan filosofi kerupuk, dimana hal sederhana menjadi begitu bermakna, dimana alienasi bukan untuk menghindar, dimana permaknaan hidup tak pernah berhenti dan selalu mengurai dalam proses dialektika yang jalan terus.

saya tentu akan memilih untuk menyanyikan lagu My Way dari frank sinatra di masa tua saya, sambil menatap masa lalu dengan sebuah senyum, bahwa saya telah membuat sebuah tanda dalam perjalanan hidup saya.

sampai jumpa teman-teman lama saya, semoga pertemuan yang selanjutnya bisa memberikan makna yang lebih dalam.
ketika hidup bagai segelas air putihSocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.