Sabtu, 19 Desember 2009

tentang hidup yang penuh tanda dan penuh pertanyaan

saya sebenarnya lagi ingin menulis tentang orang lain, bukan tenang diri saya sendiri. saya ingin menulis tentang bagaimana orang lain memaknai hidup mereka, bagaimana orang lain melalui hari-hari mereka dan ingin bercerita tentang mimpi-mimpi mereka.

adakalanya menulis tentang diri sendiri justru malah menutup diri tentang berbagai hal, berbagai pengetahuan baru yang bisa jadi ada diluar sana tapi tidak kita sadari.

tapi entah kenapa saya sedang tidak bisa bercerita tenang dunia luar, meski ada banyak sekali cerita yang saya temukan, tapi rasanya kok tidak ada yang benar-benar membuat saya tertarik untuk menceritakan.

sampai kemarin saya akhirnya menemukan sebuah kisah untuk diceritakan, meski ini juga bukan murni kisah orang lain.

beberapa hari yang lalu, ketika mau makan malam, saya mengambil piring dan tanpa sadar saya memakai piring datar, yang biasa dipakai untuk makanan non kuah, padahal saya mau makan makanan berkuah, tapi entah kenapa saya ingin memakai piring ini.

setelah mengambil makanan, saya kemudian tersadar bahwa piring ini adalah piring kesukaan ibu saya. entah kenapa ibu saya, jika makan dirumah, hampir selalu menggunakan piring datar, entah itu akan memakan makanan berkuah maupun kering, semuanya akan dimakan dengan piring datar.

dari kejadian ini, saya kemudian teringat, bahwa ternyata setiap orang atau sebagian besar orang punya barang atau sesuatu hal yang selalu mereka pakai atau selalu ada disana bersama diri mereka.

seperti piring yang ibu saya sering pakai itu, atau gelang karet hitam yang selalu ada di lengan saya, teman saya yang selalu memakai motor yang sama, selalu memainkan gitar yang sama, selalu memakain pulpen yang sama, selalu memakai kacamata yang sama.

beberapa orang selalu bisa dicirikan oleh apa yang mereka pakai, atau benda atau sesuatu yang selalu ada, jika orang itu ada.

saya juga jadi ingat dulu pernah punya pulpen Goofy yang saya beli toko Q-ta, sebuah toko legendaris jaman 90-an yang kini sudah pindah ke jalan sultan agung bandung. sampai beberapa tahun pulpen itu selalu ada, tapi jarang saya pakai, selain cukup mahal untuk ukuran pulpen, ternyata pulpen itu sangat menyenangkan untuk dipakai, jadi saya takut kalau isinya habis saya gak bisa nulis lagi pakai pulpen itu.

sampai akhirnya pulepen itu hilang dan kini saya menggantinya dengan selalu memakai pulpen faber castell yang click ball. kalau beli pulpen saya pasti beli merek dan jenis itu. sempat gak pernah punya pulpen karena pulepen itu sempat hilang dipasaran, sempat juga beli satu box, biar kalao abis ato ilang bisa diganti.

dan, saya gak tau udah berapa pulpen kayak gitu saya hilangin padahal dipake setengah juga belum.

tapi intinya, saya selalu punya sebuah barang yang kalo nggak merek tertentu jenis tertentu, dan kalau barang itu ilang atau habis, saya akan beli barang dengan jenis yang sama.

saya gak tau, apakah ini termasuk dari gejala psikologis atau memang setiap orang selalu harus punya sesuatu yang bisa mereka miliki dan menjadi ciri yang bakal selalu ada, selalu bisa diidentifikasi dan selalu bisa hadir ketika dibutuhkan.

setiap orang selalu membutuhkan teman, baik itu barang atau teman dalam bentuk nyata. setiap orang mungkin juga selalu butuh pelarian, butuh sebuah pegangan yang selalu bisa diandalkan, selalu butuh simbol.

agak seram memang jika kita membayangkan apa yang terjadi jika sesuatu atau seseorang atau simbol itu hilang, atau tidak lagi ada untuk kita. tapi bisa jadi kita akan menemukan lagi seseorang, sesuatu atau simbol-simbol lain yang akan menggantikan apa yang dulu kita pernah miliki. meski tak ada yang bisa mengganti sesuatu dengan sesuatu dengan sama persis, tapi kadang kala nilai dari suatu pengganti bukanlah pada apa yang menjadi mirip atau pada kesamaannya tapi pada keunikan si pengganti itu. seperti pulpen saya yang tergantikan dengan pulpen lain.

beberapa hari ini agaknya menjadi awal bulan yang sedikit aneh, seperti tanpa semangat dan penuh kebimbangan, tapi baru aja tadi saya dapet sebuah quotes yang kayaknya bisa jadi teman baru dalam menjalani hidup ini, begini quotenya:

hidup itu kalau seperti jalan tol, mulus, jalannya halus, gak ada hambatan, nanti malah bikin terlena, bikin ngantuk dan jadinya malah celaka

tapi kalau hidup itu ada kesusahan, ada kegalauan, ada kebimbangan maka kita jadi tersadar atau disadarkan, bahwa ternyata kita hidup kita ini memang perlu kita pikirkan, perlu kita tata, perlu kita renungkan. hidup yang berliku ternyata malah memberi pelajaran baru bahwa hidup memang harus dilewati dengan mawas diri.

dan jika kita kehilangan pegangan, kehilangan simbol, kehilangan sesuatu, kehilangan seseorang, kehilangan apa yang selalu ada dalam hidup kita, selalu ada jika kita ada, jangan takut, bisa jadi itu adalah sebuah hal semacam alarm bahwa mungkin kita terlalu nyaman, terlalu berfokus pada suatu hal, terlalu tidak peka atau kita mungkin perlu belajar sesuatu di luar yang sering kita lakukan.

awal bulan yang cukup berat dan saya masih belajar untuk belajar, bahwa hidup ini memang penuh misteri yang kadang kala tidak perlu kita tanyakan tapi perlu kita mengerti, sehingga semua pertanyaan akan terjawab, mungkin bukan dengan jawaban tapi sesuatu yang lebih bijaksana.

semoga...
tentang hidup yang penuh tanda dan penuh pertanyaanSocialTwist Tell-a-Friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

license

Creative Commons License
blog wikupedia by wikupedia is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-Share Alike 3.0 Unported License.
Based on a work at writeaweek.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at wikubaskoro@gmail.com.